Beberapa Versi Legenda di Balik Teru Teru Bozu
Halo, Sahabat LBI!
Teru Teru Bozu merupakan suatu boneka kecil yang sangat dikenal luas dalam budaya Jepang. Dibentuk dengan dua lapis kain putih yang diikat sedikit pada bagian atasnya hingga berbentuk bulat menyerupai kepala, boneka ini sering kali ditemukan tergantung di dekat jendela saat musim hujan.
Meskipun dibuat dengan cara yang sederhana, di dalam masyarakat Jepang, boneka ini dipercaya memiliki kekuatan penangkal hujan. Kekuatan itu sendiri didasari pada legenda turun temurun yang mengakar kuat hingga saat ini.
Darimana Teru Teru Bozu berasal?
Jika mencari tahu asal-usul boneka ini, Sahabat LBI akan menemukan beragam versi legenda yang berbeda. Sebagai contoh, sebagian orang percaya bahwa boneka ini tidak berasal dari Jepang, tetapi dari Tiongkok, dan memiliki keterkaitan dengan legenda Sao Qing Niang.
Dilansir dari Tokyo Weekender, Legenda Sao Qing Niang berkisah tentang seorang gadis yang meminta kepada Dewa Naga untuk menghentikan hujan yang mengguyur desanya. Dewa Naga sepakat dengan permohonan tersebut asalkan, sebagai imbalannya, Sao Qing Niang mau menjadi pasangannya. Ketika Sao Qing Niang menerimanya dan naik ke langit, hujan lebat yang melanda desa tersapu oleh cuaca cerah. Akhirnya, demi mengenang pengorbanan gadis tersebut, masyarakat mulai menciptakan boneka kertas pemegang sapu yang kemudian digantung pada pintu untuk memohon agar cuaca hari esok dapat bersinar cerah.
Namun, selain versi tersebut, ada juga yang mengaitkannya dengan hiyoribo, salah satu jenis yokai penunggu gunung yang muncul pada cuaca cerah dan menghilang ketika badai akan tiba. Sumber yang sama juga menyebutkan bahwa, hiyoribo merupakan salah satu yokai baik hati yang disegani oleh banyak orang. Untuk itulah, Teru Teru Bozu dipercaya diciptakan untuk menghormati eksistensinya.
Selain kedua legenda di atas, masih terdapat satu versi lagi yang juga menarik dan dipercaya memiliki kaitan dengan sajak anak-anak yang populer pada 1921. Dalam sajak tersebut, bait-bait pertama berbunyi permohonan manis agar Teru Teru Bozu mau memberikan cuaca cerah. Namun, jika Sahabat LBI membaca bagian akhir dari sajak ini, kalian pasti akan menyadari perubahan nuansa yang diberikan. Dengan bunyi “Sorete mo kumotte naitetara, sonata no kubi wo chon to kiru zo”, bait tersebut dapat diartikan sebagai “Tapi jika awan menangis, kalau begitu, aku akan memenggal kepalamu.”
Menurut Sora News 24 dan Savvy Tokyo, ada kemungkinan bait terakhir pada sajak tersebut merujuk pada cerita seorang biksu pengendali cuaca pada masa Jepang kuno. Alkisah, ada seorang biksu yang berjanji kepada sebuah desa bahwa ia akan menghentikan cuaca buruk yang melanda desa tersebut. Namun, janji yang diberikan tidak berhasil dipenuhi dan malah memicu kemarahan dari para penguasa. Akhirnya, karena ketidakpuasan yang diberikan, biksu itu dihukum dengan cara dipenggal kepalanya, dibungkus kain putih, dan digantung sebagai jimat pengusir hujan.
Pantangan
Membuat Teru Teru Bozu memang sangat mudah; Sahabat LBI hanya memerlukan kain putih dan seutas tali untuk menciptakannya. Namun, ada sejumlah pantangan yang perlu diperhatikan agar Teru Teru Bozu dapat dengan efektif menangkal hujan.
Pantangan pertama terletak pada wajah boneka tersebut. Sahabat LBI mungkin sering melihat beraneka ragam gambar wajah Teru Teru Bozu di internet. Akan tetapi, yang harus diketahui, wajah itu tidak digambar tepat setelah kepala boneka dibentuk. Wajah Teru Teru Bozu hanya boleh digambar ketika permohonan cuaca yang didoakan terkabul di esok harinya.
Pantangan kedua terletak pada cara menggantung boneka ini. Pastikan, jika Sahabat LBI ingin meminta cuaca cerah, jangan sampai boneka Teru Teru Bozu digantung terbalik. Hal ini dikarenakan, cara menggantung terbalik tidak melambangkan Teru Teru Bozu, tetapi Fure Fure Bozu. Posisi tersebut justru akan memperburuk keadaan, karena permintaan yang disampaikan berubah menjadi permintaan untuk hujan, bukan cuaca cerah.
Penulis: Chika Ayu (Ilmu Sejarah, 2022)