Mengenal Kata “Mukbang” yang Mendunia
Halo, Sahabat LBI!
Apakah Sahabat LBI pernah iseng menonton video mukbang di YouTube, Instagram, atau TikTok? Seringkali, saat video-video itu muncul di beranda kita, kita mungkin secara tak sadar akan menghabiskan waktu berjam-jam menyaksikan seseorang makan dalam porsi super besar. Hiburan yang cukup memanjakan nafsu makan, bukan? Akan tetapi, pernahkah Sahabat LBI bertanya-tanya, apa sih sebenarnya makna dan asal-usul dari kata "mukbang"? Dari mana kata ini berasal dan mengapa ia bisa begitu mendunia hingga masuk ke dalam kamus bahasa Inggris? Yuk, kita ulik makna di balik kata sederhana ini!
Kata mukbang sejatinya merupakan gabungan dari dua kata bahasa Korea, yaitu meokneun (먹는) yang berarti ‘makan’ dan bangsong (방송) yang berarti ‘siaran’ atau ‘broadcast’. Dalam praktiknya, mukbang sering kali dikaitkan dengan porsi makanan yang sangat besar. Akan tetapi, secara harfiah kata ini hanya berarti 'siaran makan'. Maka, sebenarnya, setiap video yang menampilkan seseorang makan sambil disiarkan secara langsung sudah bisa disebut mukbang, terlepas dari ukuran porsinya. Namun, tren porsi besar inilah yang membuatnya begitu viral dan menarik perhatian.
Fenomena ini pertama kali muncul di Korea Selatan sekitar tahun 2010 melalui platform streaming bernama AfreecaTV. Saat itu, banyak masyarakat Korea Selatan yang memiliki gaya hidup modern dan tinggal sendirian, dan acap kali makan sendirian di rumah. Oleh karena itu, konten mukbang ini hadir untuk menemani dan menghibur orang-orang tersebut. Dengan menonton seseorang makan di depan kamera, penonton dapat merasa seolah-olah mereka sedang makan bersama, sehingga menciptakan rasa kebersamaan virtual.
Seiring dengan perkembangan gelombang budaya pop Korea atau Hallyu Wave yang semakin masif, konten mukbang pun ikut meluas melintasi benua. Para kreator di berbagai negara mulai mengadopsi konsep ini, tetapi dengan sentuhan lokal. Dari sinilah, kata mukbang mulai dikenal secara global, bahkan tanpa perlu diterjemahkan. Dalam tren konten mukbang di Indonesia, misalnya, berbagai pembuat konten melakukan ‘mukbang’ terhadap hidangan-hidangan khas Indonesia, seperti nasi padang, ayam geprek, cireng, seblak, bakso, sate, dll.
Menariknya, puncak dari pengakuan linguistik terhadap kata mukbang terjadi pada tahun 2019, ketika kata tersebut secara resmi ditambahkan ke dalam Oxford English Dictionary (OED). Ini adalah peristiwa yang signifikan, karena umumnya kamus sekelas OED hanya memasukkan kata-kata yang telah digunakan secara luas dan dianggap mapan dalam bahasa Inggris. Menurut para leksikograf dari Oxford, penambahan ini mencerminkan bagaimana budaya pop telah memengaruhi cara kita berkomunikasi dan memperkaya kosakata. Hingga saat ini, kata mukbang tidak hanya digunakan sebagai kata benda, tetapi juga berfungsi sebagai kata kerja di berbagai percakapan, seperti: "Yuk, nanti sore kita mukbang mi pedas!"
Dalam perkembangannya, popularitas mukbang turut melahirkan banyak content creator yang menjadi idola global. Beberapa kanal YouTube yang menampilkan konten mukbang, yang sering ditonton dan memiliki jutaan pengikut, adalah Tzuyang, Eat with Boki, Aejeong, Hamzy, atau kreator konten asal Indonesia seperti Tanboy Kun, Nex Carlos, dan masih banyak lagi. Mereka tidak hanya menyantap dan mengulas berbagai makanan, tetapi juga berinteraksi dengan penonton, dan menjadikan pengalaman menonton mukbang terasa lebih personal.
Dengan demikian, mukbang adalah salah satu contoh bagaimana sebuah kata dapat melampaui batas bahasa dan budaya. Berawal dari fenomena lokal di Korea Selatan, kata ini bertransformasi menjadi istilah global yang tidak lagi asing. Lebih dari sekadar siaran makan, mukbang telah menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai selera, budaya, dan cara berkomunikasi.
Jadi, apakah Sahabat LBI juga suka menonton mukbang sembari menyantap makanan, atau malah membuat Sahabat LBI menjadi semakin lapar?
Penulis: Tsabita Athaya (Sastra Inggris, 2023)