5 Kesalahan Umum dalam Mempelajari Bahasa Asing dan Cara Menghindarinya
Halo, Sahabat LBI!
Mempelajari bahasa asing dapat menjadi perjalanan yang menyenangkan sekaligus menantang. Namun, banyak pemelajar sering melakukan kesalahan yang justru menghambat kemajuan mereka. Apa saja kesalahan umum dalam mempelajari bahasa asing? Dan bagaimana cara menghindarinya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini!
1. Tidak Memiliki Rencana Pembelajaran yang Terstruktur
Salah satu kesalahan paling umum dalam mempelajari bahasa asing adalah tidak adanya rencana pembelajaran yang jelas. Dalam mempelajari bahasa asing, kebanyakan orang lebih mengandalkan kiat-kiat praktis dibanding strategi dan pembelajaran yang terstruktur.
Tanpa struktur yang baik, kemajuan belajar menjadi lambat dan tidak terukur. Ketika pemelajar memfokuskan diri hanya untuk menghafal kosakata, tapi tanpa melatih pengucapan atau tata bahasa, hasil dari pembelajaran bahasa ini menjadi tidak maksimal. Akibatnya, meski sudah belajar lama, kemampuan bahasa pemelajar akan tetap mentok di level pemula. Selain itu, tidak adanya target yang jelas sering menyebabkan penurunan motivasi karena tidak adanya perkembangan yang berarti.
Solusi atas permasalahan ini cukup sederhana, yaitu dengan membuat rencana belajar yang realistis dan terukur. Evaluasi secara berkala untuk menyesuaikan rencana sesuai kebutuhan juga sangat diperlukan. Dengan pendekatan terstruktur seperti ini, mempelajari bahasa asing akan lebih terarah, efektif, dan menyenangkan.
2. Terlalu Fokus pada Tata Bahasa (Grammar)
Salah satu kebiasaan yang justru dapat menghambat kemajuan dalam mempelajari bahasa asing adalah obsesi yang terlalu tinggi terhadap tata bahasa yang sempurna. Banyak pembelajar, terutama pemula, sering terjebak dalam pola pikir "harus menguasai semua rumus grammar dulu baru berani bicara".
Padahal, dalam praktiknya, penutur asli pun tidak selalu menggunakan tata bahasa yang sempurna dalam percakapan sehari-hari. Terlalu khawatir tentang kesalahan pada tata bahasa justru seringkali membuat kita menjadi takut untuk berlatih berbicara atau menulis dalam bahasa asing.
Yang perlu diingat, tujuan utama mempelajari bahasa adalah untuk berkomunikasi, bukan menjadi ahli tata bahasa. Contoh yang sangat tepat adalah pada seorang anak kecil yang sedang mempelajari bahasa pertamanya. Mereka dapat berbicara dengan lancar jauh sebelum memahami konsep tata bahasa seperti past perfect tense atau conditional sentence. Prinsip yang sama sebenarnya berlaku ketika orang dewasa mempelajari bahasa asing. Daripada menghabiskan waktu berjam-jam untuk menghafalkan rumus, akan lebih efektif jika kita mempelajari grammar sambil berlatih melalui percakapan, mendengarkan dialog, atau membaca teks sederhana.
3. Kurang Melatih Kemampuan Mendengarkan (Listening) dan Berbicara (Speaking)
Seringkali kita terlalu asyik berkutat dengan buku teks dan latihan grammar, sampai lupa bahwa bahasa pada dasarnya adalah alat komunikasi lisan. Banyak pemelajar mendapatkan nilai sempurna dalam ujian tulis, tapi justru mengalami kesulitan saat harus berbicara dengan native speaker. Padahal, listening dan speaking adalah dua keterampilan yang paling penting jika kita benar-benar ingin dapat menggunakan bahasa asing tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Masalahnya, tanpa latihan mendengar yang cukup, telinga kita tidak akan terbiasa menangkap bunyi, intonasi, dan ritme khusus dari bahasa tersebut. Hasilnya, saat menonton film atau berbicara dengan penutur asli, kita sering merasa seperti mendengar kata-kata asing yang berderet cepat tanpa arti. Begitu pula dengan speaking yang jika jarang dilatih akan menyebabkan kesulitan dalam pelafalan, dan kosakata yang sudah dihafal pun sulit keluar saat dibutuhkan.
Solusinya sederhana, yaitu dengan membiasakan diri mendengar dan berbicara dalam bahasa target setiap hari, meski hanya selama 10-15 menit. Mulailah pembelajaran bahasa dengan mendengarkan podcast bertema ringan atau menonton video YouTube dalam bahasa target dengan kecepatan yang diperlambat untuk lebih mudah menangkap kata-kata yang diterima. Untuk speaking, Sahabat LBI dapat memulai dengan mencoba berbicara kepada diri sendiri di depan cermin, merekam suara diri saat sedang menuturkan bahasa tersebut, atau bergabung dengan komunitas yang sering mengadakan latihan berbicara dalam bahasa target.
Semakin sering Sahabat LBI mendengar dan berbicara dalam bahasa target, akan semakin alami pula bahasa tersebut keluar dari mulutmu. Dengan konsisten melatih telinga dan mulut, Sahabat LBI akan terkejut ketika melihat betapa cepatnya kemampuan komunikasi verbalmu berkembang.
4. Menghafal Kosakata Tanpa Konteks
Apakah Sahabat LBI pernah membuat daftar kosakata bahasa asing yang sangat panjang dan berharap dapat menguasainya dengan cepat? Sayangnya, menghafal kata-kata secara terpisah tanpa memahami bagaimana kata-kata itu digunakan dalam kalimat nyata dapat membingungkan dan kurang efektif.
Masalah utama menghafal tanpa konteks adalah otak manusia yang memiliki kesulitan saat mengingat kata-kata yang berdiri sendiri. Kosakata yang dihafal pada hari ini mungkin saja akan terlupakan keesokan harinya karena tidak ada "kait" emosional atau cerita yang membuatnya “menempel” di memori. Belum lagi, banyak kata memiliki makna berbeda tergantung pada konteksnya.
Cara yang lebih efektif adalah dengan mempelajari kosakata dalam konteks kalimat utuh. Misalnya, daripada menghafal "book” = buku, ingatlah "I'm reading an interesting book about history". Buatlah contoh kalimat dari setiap kata yang ingin dihafal. Sahabat LBI juga dapat mengelompokkan kata-kata berdasarkan tema spesifik, seperti kosakata terkait restoran, bandara, atau kantor. Selain itu, Sahabat LBI juga dapat mengambil kosakata dari lagu, percakapan film, atau artikel yang benar-benar diminati.
Dengan cara ini, kosakata tidak hanya masuk ke memori jangka pendek, tapi menjadi alat komunikasi yang siap pakai kapan saja karena akan lebih efektif tersimpan dalam ingatan. Jangan lupa bahwa bahasa adalah tentang menyampaikan makna, bukan sekadar mengumpulkan kata-kata.
5. Takut Membuat Kesalahan
Pernahkah Sahabat LBI sengaja menghindari percakapan dalam bahasa target karena takut dianggap tidak fasih? Ini adalah gejala yang umum dari rasa takut berbuat salah yang justru menjadi penghambat terbesar dalam pembelajaran bahasa. Padahal, perlu diingat bahwa bahkan penutur asli pun sesekali melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa mereka sendiri.
Perfeksionisme dalam mempelajari bahasa justru kontraproduktif. Ketakutan akan kesalahan sering membuat kita terlalu lama memikirkan tata bahasa sebelum berbicara, menghindari situasi percakapan yang sebenarnya dapat menjadi latihan berharga, dan kehilangan kesempatan untuk mendapat koreksi yang membangun
Kesalahan adalah bagian alami dari proses pembelajaran. Setiap kali kita melakukan kesalahan dan mendapat pengoreksian, otak kita justru akan menjadi lebih kuat mengingat bentuk yang tepat. Mulailah mengubah pola pikir dengan menganggap bahwa setiap kesalahan merupakan kesempatan belajar secara gratis. Kemampuan berbahasa akan berkembang justru ketika kita berani keluar dari zona nyaman.
Ingatlah bahwa setiap ahli bahasa yang sekarang fasih pun pernah melalui fase "broken language". Hal yang membedakan mereka yang cepat mahir adalah keberanian untuk terus mencoba meski belum sempurna.
Kesimpulan
Mempelajari bahasa asing tidak harus sempurna dari awal. Hal yang paling penting dalam pembelajaran adalah konsistensi, keberanian untuk mencoba, dan kesediaan untuk belajar dari kesalahan. Jika Sahabat LBI dapat menghindari 5 kesalahan di atas, Sahabat LBI akan melihat kemajuan yang lebih cepat dan efektif.
Jika membutuhkan panduan untuk pembelajaran yang lebih terstruktur, Sahabat LBI dapat mengikuti program belajar bahasa asing di LBI FIB UI yang tentunya seru dan interaktif. Kunjungi tautan berikut untuk informasi lebih detail: Pendaftaran Kursus Bahasa Asing & Bahasa Isyarat LBI FIB UI.
Penulis: Nurul Fadjriah (Prodi Sejarah 2022)