Cinta Terhambat Restu: Guratan Hati Gu Cheng dalam Puisi Manusia Salju
Halo, Sahabat LBI!
Apakah kalian pernah berada di posisi tidak mendapat restu dari orang tua pacar? Wah, pasti sedihnya bukan main, ya. Pada era globalisasi saat ini, kebanyakan insan muda yang sedang galau mencurahkan isi hatinya melalui akun media sosial yang mereka miliki. Eits, jangan salah, penyair puisi saat sedang galau pun sering mencurahkan keresahan hatinya, tetapi pada media yang berbeda, kok, guys! Para penyair ini tentu saja menumpahkan kegelisahannya melalui puisi.
Nah, salah satu penyair Tiongkok yang mencurahkan kegelisahannya dalam bentuk puisi adalah Gu Cheng. Penyair terkenal yang lahir di masa kontemporer ini memiliki kisah cinta yang penuh liku, dan puisi-puisinya menjadi saksi dari pergolakan hatinya. Salah satu puisinya yang paling dikenal, yaitu "Manusia Salju", menggambarkan rasa cintanya yang tak bisa disatukan dengan mulus karena hambatan restu. Bagi kalian yang belum pernah membaca puisi “Manusia Salju”, jangan khawatir! Kami akan mengenalkan kalian puisi adikarya Gu Cheng ini dan bagaimana syair yang dituliskannya begitu menggugah hati.
雪人
Manusia Salju
顾城
Gu Cheng
在你的门前
Di depan pintumu
我堆起一个雪人
Aku membuat sebongkah manusia salju
代表笨拙的我
Untuk menggambarkan seberapa teledornya diriku
把你久等
Yang membuatmu selama ini menunggu
你拿出一颗棒糖
Sebuah permen tongkat dikeluarkan olehmu
一颗甜甜的心
Oh, manisnya hati itu
埋进雪里
Yang tertimbun di dalam bongkahan salju
说这样就会高兴
Berbicaralah demikian, baru diri ini akan senang sampai menggebu-gebu
雪人没有笑
Tidak ada tawa yang nampak pada manusia salju
一直没作声
Diam membisu
直到春天的骄阳
Hingga pancaran surya di musim semi bersinar dengan padu
把它溶化干净
Yang membuatnya mencair dalam hitungan waktu
人在哪呢?
Di manakah orang itu?
心在哪呢?
Di manakah hati itu?
小小的泪潭边
Di samping genangan rintik sedu
只有蜜蜂
Hanya ada sekumpulan lebah madu
Puisi Manusia Salju bukan sekadar suatu karya mengenai musim dingin atau salju, melainkan tentang kerapuhan dan kesendirian. Dalam puisi ini, Gu Cheng menggambarkan dirinya sebagai manusia salju yang rapuh dan dapat meleleh kapan saja. Bait-bait puisinya seakan mengatakan bahwa meskipun cinta begitu murni dan indah, ia bisa hancur karena penolakan dan tekanan dari pihak ketiga. Melalui penggambaran manusia salju, Gu Cheng menunjukkan perasaan dingin dan ketidakberdayaan saat cintanya tak mendapat restu. Bisa dibilang, puisi ini adalah curahan hatinya yang terdalam.
Bayangkan, guys, berada di posisi Gu Cheng: mencintai seseorang dengan tulus, tetapi hubungan itu tak diterima. Bukankah ini mirip dengan kisah-kisah yang mungkin pernah kita alami atau dengar? Di sinilah keistimewaan puisi Gu Cheng: ia bisa membuat kita merenung sekaligus merasa dekat dengan perasaannya. Di antara bait-bait yang ia tulis, terdapat kerinduan, penyesalan, hingga harapan yang tipis.
Jadi, Sahabat LBI, bagi kalian yang mungkin sedang berjuang dalam cinta, ingatlah bahwa kalian tidak sendiri. Kadang cinta memang tidak selalu mulus, tapi bukankah di situlah kita justru menemukan arti cinta yang sesungguhnya?
Penulis: Jihan Najla Aisyah (Prodi Cina 2021)