5 Tradisi Tahun Baru di Jepang
Mendekati akhir tahun 2025, selain disambut dengan semarak persiapan untuk merayakan Natal, Sahabat LBI juga akan banyak menemukan kemeriahan persiapan pergantian tahun. Setiap daerah, setiap negara, dan setiap benua memiliki caranya masing-masing dalam mempersiapkan dan menyambut momen pergantian tahun ini. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki begitu banyak tradisi dan kepercayaan yang dapat diterapkan untuk menyambut Tahun Baru. Penasaran apa saja tradisinya? Yuk Sahabat LBI simak 5 tradisi di Jepang dalam penyambutan Tahun Baru di pembahasan berikut ini!
- Joya no Kane, Pembunyian Lonceng di Malam Tahun Baru
Joya no Kane dilakukan pada malam hari di tanggal 31 Desember ketika kuil-kuil Buddha membunyikan lonceng besar yang mereka miliki sebanyak 108 kali. Proses pembunyian biasanya dimulai beberapa menit sebelum tengah malam dan berlangsung hingga memasuki tahun yang baru. Lonceng dipukul secara bergantian oleh para biksu dan, di beberapa kuil, pengunjung yang datang dapat ikut serta memukul lonceng dengan jadwal yang diatur. Dentang loncengnya akan terdengar berat, dalam, dan juga menggema–menciptakan suasana tenang yang khusyuk dalam menandai berakhirnya tahun yang lama. Banyak orang datang ke kuil untuk mendengarkan dentang lonceng tersebut, sekaligus menanti pergantian waktu ke tahun yang baru.
- Hatsumōde, Kunjungan ke Kuil
Hatsumōde dilakukan pada dini hari di tanggal 1 Januari atau pada hari-hari pertama di tahun yang baru ketika masyarakat datang ke kuil Shinto atau kuil Buddha. Selain berdoa, pengunjung melemparkan koin ke kotak persembahan, menarik tali bel untuk memberikan penghormatan, serta menepuk tangan sebagai bagian dari prosedur kunjungan. Banyak kuil menyediakan berbagai fasilitas tambahan sementara, seperti pengadaan bazar makanan, jalur antrian khusus, serta area untuk mengambil omikuji (ramalan nasib acak dalam bentuk potongan kertas). Jika mendapatkan ramalan buruk, kertas tersebut biasanya diikat pada tempat yang disediakan untuk “ditinggalkan” di kuil. Beberapa orang juga membeli omamori (jimat keberuntungan dan perlindungan) baru untuk dipakai sepanjang tahun, dan menukarkan jimat lama agar dibakar oleh pihak kuil.
- Osechi-ryōri, Bento Khusus Tahun Baru
Osechi-ryōri disiapkan sejak akhir Desember dan disusun rapi dalam jūbako, kotak bertingkat mirip bento yang digunakan khusus untuk Tahun Baru. Isi kotaknya bervariasi, tetapi umumnya mencakup lauk ikan, rumput laut yang dimasak, sayuran yang dimarinasi, telur gulung, serta aneka makanan manis yang tahan lama. Susunannya biasanya dibuat berlapis-lapis: satu lapis untuk hidangan laut, lapis lain untuk lauk sayur, dan lapis berikutnya untuk makanan manis atau makanan kering. Osechi umumnya dimakan pada 1-3 Januari, dan kepraktisannya membantu keluarga menikmati libur awal tahun tanpa harus memasak setiap hari. Banyak keluarga kini memesan osechi dari restoran atau supermarket, sehingga tampilannya bisa sangat dekoratif dan mewah.
- Toshikoshi soba, Mi Tahun Baru
Toshikoshi soba dimakan pada malam hari di tanggal 31 Desember, dan biasanya disantap sebagai hidangan terakhir sebelum memasuki pergantian tahun. Mi soba disajikan dalam kuah panas yang ringan atau secara zaru soba (dingin), tergantung kebiasaan keluarga. Penyajiannya sederhana, cukup dihidangkan dengan kuah tsuyu, sedikit daun bawang, atau tempura sebagai pelengkap. Banyak keluarga menyiapkannya dengan cepat di dapur sambil menonton acara televisi pada Malam Tahun Baru. Di kota-kota besar, sejumlah restoran soba tetap buka hingga larut malam untuk melayani pelanggan yang ingin menyantap toshikoshi soba di luar rumah. Tradisi ini dianggap praktis dan menjadi rutinitas tahunan yang mudah diikuti oleh semua usia.
- Hatsuhinode, Menyaksikan Matahari Pertama di Tahun Baru
Hatsuhinode dilakukan pada pagi hari di tanggal 1 Januari ketika masyarakat bangun lebih awal untuk menyaksikan matahari terbit pertama di tahun itu. Mereka memilih lokasi yang menawarkan pemandangan indah, seperti pantai, tebing pantai, puncak bukit, pelabuhan, atau bahkan jembatan dan gedung tinggi. Banyak orang berangkat sebelum subuh, dan beberapa membawa termos berisi minuman panas atau kamera untuk mengabadikan momen ketika matahari muncul. Di beberapa daerah, lokasi populer seperti pantai atau gunung tertentu dapat dipadati pengunjung sehingga tersedia area parkir sementara atau acara kecil untuk memfasilitasi para pendatang. Setelah matahari terbit, banyak orang melanjutkan hari dengan sarapan khusus, kunjungan keluarga, atau langsung pergi melakukan hatsumōde.
Seperti itulah beberapa tradisi masyarakat Jepang dalam menyambut Tahun Baru. Akan tetapi masih banyak lagi lho tradisi lain yang telah mereka terapkan turun temurun! Bagaimana dengan Sahabat LBI? Apakah Sahabat LBI juga memiliki tradisi khusus untuk menyambut Tahun Baru?
Penulis: Ross Roudhotul J. (Sastra Belanda 2022)