Festival La Tomatina, Saat Kota Kecil di Spanyol Berubah Menjadi Lautan Merah
Halo, Sahabat LBI!
Apakah kalian tahu, bahwa setiap hari Rabu di minggu terakhir bulan Agustus, kota kecil Buñol di wilayah Valencia, Spanyol, akan berubah menjadi lautan merah? Fenomena ini terjadi bukan karena sebuah bencana alam, melainkan karena perayaan Festival La Tomatina. La Tomatina merupakan tradisi khas warga Buñol, Spanyol, di mana ribuan orang akan berkumpul untuk saling melemparkan tomat di jalanan. Suasana yang penuh tawa, cipratan tomat di mana-mana, serta semangat kebersamaan menciptakan pemandangan spektakuler yang hanya terjadi setahun sekali.
Tradisi ini bermula pada tahun 1945 saat sedang dilangsungkannya parade Gigantes y Cabezudos (parade patung raksasa kepala besar). Antusiasme penonton sangat tinggi menyebabkan terdorongnya salah satu peserta parade hingga terjatuh ke tanah. Saat terjatuh, ia malah bereaksi agresif dan memukul apa saja yang ada di depannya. Kejadian ini memicu keributan di tengah kerumunan. Bahkan, sebuah kios sayur terjebak dalam baku tembak, dan orang-orang mulai saling melemparkan tomat hingga pada akhirnya kericuhan tersebut berhasil diredam oleh polisi setempat.
Pada tahun berikutnya, sekelompok anak muda kembali melakukan “perang tomat” ini, namun kali ini mereka membawa tomat sendiri dari rumah. Meski selalu berakhir dengan intervensi polisi, perang tomat justru semakin digemari masyarakat. Sekitar tahun 1950-an, La Tomatina sempat dilarang oleh pemerintah, bahkan beberapa orang sempat ditangkap karena melakukan ‘perang tomat’ ini. Alih-alih membuat takut, larangan ini justru membuat jumlah orang yang mengikuti perayaan tersebut semakin bertambah.
Perayaan unik ini sempat terhenti cukup lama, hingga akhirnya pada tahun 1957 warga Buñol melakukan protes dengan menggelar sebuah “pemakaman tomat.” Prosesi tersebut dilakukan dengan membawa peti mati berisi tomat raksasa, dengan diiringi oleh band musik yang memainkan lagu-lagu untuk upacara pemakaman. Aksi protes warga dengan cara kreatif itu ternyata sukses besar, dan akhirnya Festival La Tomatina dapat kembali digelar.
Popularitas Festival La Tomatina semakin meluas setelah jurnalis Javier Basilio melaporkannya dalam program televisi Spanyol Informe Semanal. Sejak tayangan itu, festival ini mulai dikenal di seluruh negeri. Dari tahun ke tahun, jumlah peserta yang datang ke Buñol terus bertambah. Hingga akhirnya, pada tahun 2002, keberhasilan ini membuat Festival La Tomatina ditetapkan sebagai Festival of International Tourist Interest oleh Sekretaris Jenderal Pariwisata Spanyol.
Rangkaian acara festival dimulai pada pagi hari dengan mengadakan lomba palo jabon, yakni lomba memanjat tiang yang dilumuri minyak untuk mengambil sepotong ham di puncak tiang. Menjelang siang, tepat pukul 11.00, sebuah dentuman keras menandai dimulainya “perang tomat.” Truk-truk penuh tomat matang masuk ke pusat kota, lalu dalam hitungan menit, udara dipenuhi oleh tomat yang melayang ke segala arah.
Selama satu jam penuh, lebih dari sekitar 150.000 tomat dilemparkan, menjadikan jalanan kota bak lautan merah. Setelah ‘pertarungan’ usai, truk pemadam kebakaran akan datang menyemprot jalanan. Sementara itu, orang-orang yang ingin membersihkan diri biasanya memilih ke sungai terdekat atau memanfaatkan selang air yang disediakan penduduk setempat.
Agenda Festival La Tomatina tidak berakhir pada siang hari saja, karena di malam harinya terdapat pesta lanjutan. Musik live, minuman, dan menu Tomatina spesial di bar-bar lokal menjadi sajian yang menyempurnakan pesta penutupan festival tersebut. Festival ini resmi ditutup dengan tradisi unik yakni “pemakaman tomat,” sebagai simbol perpisahan sebelum Festival La Tomatina kembali digelar pada tahun selanjutnya.
Penulis : Widdy Fatimah (Ilmu Sejarah, 2022)