Mengenal Laksamana Cheng Ho: Kisah Perjalanannya di Jawa (Part 2)
Halo, Sahabat LBI!
Sebelumnya, melalui artikel yang berjudul “Mengenal Laksamana Cheng Ho”, telah dibahas mengenai latar belakang Sang Laksamana, alasannya berkeliling samudra, dan persiapan yang dilakukannya sebelum berangkat melayar.
Dalam artikel ini, kita akan menyelami memori Cheng Ho selama berpetualang di Nusantara, tepatnya di Pulau Jawa, lewat catatan-catatan yang ditinggalkannya. Penasaran? Yuk, simak artikel berikut ini!
Catatan Ma Huan dan Fei Xin
Selama mengarungi lautan dan berkunjung ke berbagai daratan, Cheng Ho bersama armadanya menemukan banyak hal baru di setiap perjalanan. Mereka mengamati dan mencatat berbagai jenis kerajaan, tradisi, serta bagaimana masyarakat kala itu menjalankan hidupnya. Hal-hal tersebut kemudian dituangkan pada catatan milik Ma Huan dan Fei Xin.
Sebagai tempat yang sering dikunjungi, Pulau Jawa memiliki bab tersendiri dalam catatan milik Cheng Ho. Adapun hal-hal yang ia temui antara lain:
- Perawakan Umum
Menurut catatan, perempuan Jawa pada masa itu suka bersanggul, sementara para pria berambut terurai. Selain itu, semua pria Jawa–tanpa memandang kedudukan dan status sosialnya–pasti memiliki keris di sisinya.
- Alam dan Hasil Bumi
Ma Huan memberi kesaksian bahwa udara maupun hawa di Jawa sangatlah panas, hampir serupa dengan situasi saat musim panas di Tiongkok. Di Jawa, waktu untuk memanen padi dilakukan dua kali dalam setahun. Selain padi, masyarakat Jawa juga membudidayakan wijen putih, kacang hijau, rempah, pisang, kelapa, delima, tebu, durian, dan lainnya. Namun, selama perjalanannya di Pulau Jawa, rombongan Laksamana Cheng Ho tidak menemukan ada masyarakat yang menanam gandum.
- Adat
Catatan menulis bahwa masyarakat Jawa sangat suka duduk tanpa kursi, tidur tanpa beralaskan ranjang, dan makan tanpa menggunakan sumpit. Rutinitas yang mereka lakukan sebelum makan adalah membilas mulut dengan air demi membersihkan ampas sirih. Hal ini dikarenakan masyarakat Jawa sangat suka mengunyah sirih. Bahkan, mereka tidak menyuguhkan tamu dengan teh, melainkan dengan sirih. Mereka juga memiliki kepercayaan bahwa kepala merupakan bagian tubuh yang tidak boleh secara sembarang diraba oleh orang lain.
- Bahasa
Bahasa dan tutur kata orang Jawa dideskripsikan sebagai bahasa yang terdengar sangat halus dan indah dengan kaidah tertentu. Mereka melakukan kegiatan tulis-menulis dengan daun kajang sebagai kertas dan pisau tajam sebagai pena.
- Hiburan
Masyarakat Jawa tempo dulu menyukai kegiatan bersenang-senang di bawah bulan purnama. Kegiatan ini umumnya diikuti oleh 20-30 wanita Jawa yang berjalan dan berbaris. Salah satu dari mereka akan menyanyikan satu bait lagu, yang kemudian dilanjutkan bersama yang lainnya. Ketika iring-iringan tersebut sampai di depan rumah seseorang yang dianggap berada, para wanita itu akan diberikan hadiah berupa uang kepingan atau barang berharga dari pemilik rumah.
Nah, itulah hasil pengamatan Cheng Ho beserta armadanya selama menjelajahi Pulau Jawa. Jika Sahabat LBI perhatikan, beberapa hal yang disaksikan Cheng Ho masih dapat kita temukan di masa sekarang. Itulah sebabnya catatan ini disebut sebagai catatan yang sangat berharga; mengingat seluruh kesaksian tersebut dapat menjadi salah satu sumber penting dalam melengkapi sejarah masyarakat Indonesia pada masa sebelum penjajahan bangsa Barat.
Penulis: Chika Ayu (Ilmu Sejarah, 2022)