Mengenal Laksamana Cheng Ho
Jika Sahabat LBI suka membaca kisah perjalanan maupun petualangan yang terjadi di masa lalu, pasti tidak asing lagi dengan nama laksamana Cheng Ho. Bersama dengan armadanya yang jumlahnya tidak sedikit, kapal-kapal besar hingga kecil yang berlayar menyertai di setiap sisi, dan rasa penasaran yang besar terhadap dunia ini, Cheng Ho menjadi salah satu tokoh populer yang dikenal berkat keberhasilannya dalam menjelajahi samudra.
Namun, tahukah Sahabat LBI? Bahwa di antara negara-negara yang dikunjunginya, ternyata Cheng Ho juga pernah singgah dan mengabadikan momen yang ia saksikan di Nusantara, lho!
Siapakah Dia?
Cheng Ho lahir pada tahun 1371 M dan diberi nama Ma He. Ia lahir dari keluarga muslim yang taat. Ayah dan kakeknya bahkan telah menunaikan ibadah haji ke Mekah untuk menuntaskan rukun Islam dan menyempurnakan agamanya.
Kisah perjalanan Cheng Ho dalam mencari dunia baru juga tidak terlepas dari pengaruh kakek dan ayahnya. Cheng Ho kecil sering disuguhkan dengan cerita perjalanan yang mereka berdua alami ketika pergi ke Mekah. Pada zaman itu, perjalanan untuk sampai ke Mekah tidak bisa dikatakan mudah mengingat belum adanya transportasi udara dan teknologi yang memadai untuk melakukan perjalanan jauh dalam waktu singkat. Cheng Ho pun merasa tertarik dengan cerita-cerita tersebut, dan menaruh rasa penasaran di dalam dadanya mengenai negeri yang diceritakan kepadanya itu.
Sewaktu muda, Cheng Ho ditawan oleh tentara Ming bersama beberapa pemuda lain. Ia kemudian menjadi seorang kasim di bawah perintah Zhu Di, putra dari Kaisar Zhu Yuanzhang. Diangkatnya ia sebagai kasim lantas memberikannya keberuntungan dan nasib baru yang jauh lebih baik. Ia tidak lagi menjadi seorang tawanan dan harus menerima siksaan dari tentara, justru, ia mulai memanfaatkan fasilitas yang diberikan Zhu Di kepadanya.
Nama Cheng Ho sendiri dianugerahkan oleh Zhu Di sebagai wujud penghargaan atas keberanian dan kecerdasannya. Hal ini dikarenakan Cheng Ho selalu berada di sisi Zhu Di bahkan ketika Zhu Di mencoba menggulingkan kekuasaan Kaisar Zhu Yunwen. Pemberian nama ini merupakan suatu hal yang sangat langka bagi seorang kasim, dan mengindikasikan bahwa Cheng Ho telah mengukir jasa yang begitu besar pada masa pemerintahan Zhu Di.
Pada awal abad ke-15, Zhu Di mulai menyusun sebuah rencana dan memerintahkan Cheng Ho sebagai laksamana untuk pergi memimpin pelayaran ke Samudra Barat. Hal ini dilakukannya untuk menjalin persahabatan dan memelihara perdamaian antara Tiongkok dengan kerajaan lainnya. Itulah yang kemudian menjadi cerita awal perjalanan Cheng Ho berlayar menuju Nusantara.
Tujuh Periode Perjalanan Panjang
Cheng Ho membawa armadanya untuk misi perdamaian; tidak ada penjajahan, kekerasan, atau tindak kejahatan. Ia membawa 62 kapal besar, 190 kapal kecil, dan 27.800 orang dalam perjalanannya. Orang-orang tersebut berasal dari latar belakang beragam, seperti navigator, penjelajah, pelayar, dokter, awak kapal, pekerja, prajurit, penerjemah, dan penulis diari.
Perjalanan dibagi menjadi tujuh periode ekspedisi, yang dimulai sejak tahun 1405 sampai dengan 1433. Dalam tujuh periode tersebut, Cheng Ho berhasil mengunjungi lebih dari 30 negara. Negara tersebut rata-rata berkawasan di Asia Tenggara, Samudra Hindia, Laut Merah, Afrika Timur, dan lainnya.
Selama ekspedisi, Jawa menjadi tempat yang paling sering dikunjungi olehnya. Bahkan, dalam catatan perjalanannya yaitu Ying Ya Shen Lan (Pemandangan Indah di Seberang Samudra) karya Ma Huan dan Xing Cha Sheng Lan (Menikmati Pemandangan Indah dengan Rakit Sakti) karya Fei Xhin, ada bab tersendiri yang dikhususkan untuk membahas kerajaan di Jawa. Catatan tersebut menjadi sangat penting bagi sejarah awal Indonesia, karena secara langsung catatan itu menggambarkan apa saja yang terjadi di Jawa pada zaman tersebut.
Kunjungan Cheng Ho di Nusantara berakhir pada tahun 1430 ketika usianya menginjak 60 tahun. Ia kemudian meninggal pada tahun 1433 dan menutup kisah perjalanannya. Meski demikian, selain catatan yang ditinggalkan, Sahabat LBI masih dapat melihat jejak kedatangan Cheng Ho di Indonesia. Mulai dari Lonceng Cakrado yang ada di Aceh, Batu Besar di Bangka yang dipercaya mengabadikan bekas jejak kaki Cheng Ho, hingga Kelenteng Ancol di Jakarta; semua tempat itu menjadi memori penting akan kedatangan sang laksamana di bumi Nusantara.
Penulis: Chika Ayu (Ilmu Sejarah, 2022)