3 Pusat Kebudayaan Negara Asing di Indonesia
Jika Sahabat LBI merupakan tipe orang yang menikmati kunjungan ke museum maupun tempat bersejarah lainnya, mungkin Sahabat LBI juga akan menyukai kunjungan ke pusat kebudayaan negara asing di Indonesia! Tempat-tempat ini biasanya menyelenggarakan pameran, pemutaran film, kelas bahasa, hingga diskusi seputar seni, sejarah, dan budaya suatu negara. Pusat kebudayaan negara asing di Indonesia memang memiliki peran yang cukup penting sebagai ruang untuk mengenalkan berbagai praktik seni, bahasa, dan kegiatan publik dari negara tersebut ke masyarakat setempat.
Di antara pusat kebudayaan yang aktif beroperasi di Indonesia, Erasmus Huis, Institut Français d’Indonésie, dan Goethe-Institut menjadi pusat kebudayaan negara asing yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat, terutama sebagai pusat kebudayaan dari lingkup Eropa. Ketiga pusat kebudayaan itu sering menawarkan program-program yang memperkenalkan budaya masing-masing negara, lho. Apa saja fasilitas dan program yang mereka miliki? Yuk Sahabat LBI simak dalam pembahasan berikut!
- Erasmus Huis, Pusat Kebudayaan Belanda
Erasmus Huis merupakan pusat kebudayaan Belanda di Indonesia yang berlokasi di kawasan Kedutaan Besar Belanda, Rasuna Said. Pusat kebudayaan Belanda ini memiliki beragam program seperti pameran seni rupa, pemutaran film, gigs musik, serta diskusi yang memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk mengenal lanskap budaya Belanda secara lebih dekat. Dalam beberapa acara yang diselenggarakan, biasanya Erasmus Huis memberikan kesempatan bagi para peserta untuk berkunjung dan menikmati seluruh fasilitas yang mereka miliki. Sebagai contoh dalam acara tahunan Dag van Het Nederlands, terdapat rangkaian acara lokakarya memasak dan bazaar yang diselenggarakan di halaman Erasmus Huis, pemutaran film di auditorium, dan pameran seni di exhibition hall yang berdampingan dengan area perpustakaan.
Fasilitas yang Erasmus Huis miliki sendiri terdiri atas ruang pameran, auditorium, serta perpustakaan. Auditoriumnya memiliki kapasitas sekitar 350 kursi, dan sering kali digunakan untuk kegiatan pemutaran film, pertunjukan musik atau budaya, dan diskusi publik. Program film yang dikenal sebagai Bioskop Erasmus menjadi salah satu kegiatan rutin yang dapat dinikmati secara gratis. Ruang pamerannya biasa menampilkan berbagai jenis pameran seni, mulai dari seni kontemporer, tematik, hingga pameran interaktif.
Tidak hanya itu saja, Erasmus Huis juga acap kali mengadakan kegiatan literasi dan edukasi bagi anak-anak melalui sesi mendongeng dan pembacaan cerita yang umumnya diadakan di ruang perpustakaan. Perpustakaannya sendiri menyediakan ribuan koleksi buku yang didominasi oleh buku berbahasa Belanda, mencakup buku-buku dengan tema sastra, sejarah, seni, hingga buku anak. Koleksi ini dapat diakses oleh masyarakat secara gratis, kecuali untuk peminjaman yang memerlukan registrasi keanggotaan terlebih dulu.
- Institut Français d’Indonésie, Pusat Kebudayaan Prancis
Pusat kebudayaan resmi dari Prancis ini hadir dan beroperasi di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta. Institut Français d’Indonésie menyediakan berbagai fasilitas dan program yang mendukung pertukaran budaya, pendidikan, dan bahasa. Fasilitas utama yang tersedia meliputi perpustakaan dengan koleksi buku, majalah, dan media digital berbahasa Prancis, ruang audio-visual untuk pemutaran film dan dokumenter, serta ruang pertemuan yang dapat digunakan untuk seminar, lokakarya, dan diskusi. Sementara itu program-program yang rutin diselenggarakan mencakup pameran seni, pertunjukan musik dan teater, festival film, serta seminar akademik. Salah satu program festival filmnya yang sangat terkenal, Festival Sinema Prancis, biasanya menayangkan berbagai genre film, yang disertai dengan diskusi film dan terkadang dilengkapi program khusus seperti lokakarya. Institut Français d’Indonésie juga aktif mengadakan program kerja sama dalam bidang pendidikan, termasuk beasiswa dan pertukaran mahasiswa, serta mendukung proyek penelitian yang melibatkan institusi pendidikan asal Prancis dan Indonesia.
Karena Institut Français d’Indonésie terbuka untuk umum, Sahabat LBI dapat mengunjungi dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatannya, lho! Beberapa layanan, seperti akses perpustakaan atau kelas bahasa, memerlukan pendaftaran atau keanggotaan tertentu, namun informasi lengkap dapat diakses melalui situs web resmi atau media sosial setiap cabang. Dengan berbagai fasilitas dan program yang tersedia, Institut Français d’Indonésie mampu menjadi representasi pusat kebudayaan Prancis yang menyediakan sumber daya lengkap bagi masyarakat Indonesia untuk mempelajari bahasa Prancis, mengikuti perkembangan seni dan budaya Prancis, serta membangun kerja sama akademik dan kreatif antara Indonesia dan Prancis.
- Goethe Instituut, Pusat Kebudayaan Jerman
Institusi ini hadir sebagai representasi pusat kebudayaan Jerman, dengan cabang utama terbagi di Jakarta dan Bandung. Di setiap cabang, Goethe-Institut menawarkan bermacam fasilitas yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kegiatan budaya. Perpustakaan mereka menampung koleksi buku, majalah, jurnal, serta materi audio-visual berbahasa Jerman. Bagi pembelajar bahasa, tersedia program pembelajaran bahasa Jerman lengkap dengan ruang kelas modern yang memungkinkan penyelenggaraan program untuk semua tingkat, dari pemula hingga lanjutan, termasuk persiapan sertifikasi resmi Goethe-Zertifikat. Tidak hanya itu, institusi ini menyediakan ruang multifungsi untuk lokakarya, seminar, dan pameran seni, serta studio audio-visual untuk pemutaran film, pertunjukan teater, dan kegiatan dengan penggunaan multimedia.
Program yang ditawarkan Goethe-Institut pun cukup beragam, terutama dengan adanya agenda rutin untuk menyelenggarakan festival film, konser, pameran seni, pertunjukan teater, serta proyek seni kolaboratif yang melibatkan seniman lokal dan seniman asal Jerman. Kinofest adalah salah satu program dari Goethe-Institut, berupa festival film Jerman yang menampilkan berbagai film kontemporer dari Jerman, termasuk drama, dokumenter, dan film pendek, serta sesi diskusi dengan para penggiat film atau pakar perfilman. Selain itu, lembaga ini aktif mengadakan seminar akademik, diskusi penelitian, dan lokakarya profesional, sambil mendukung program pertukaran pelajar, beasiswa, dan kolaborasi penelitian antara institusi pendidikan asal Indonesia dan Jerman. Goethe-Institut juga mendorong partisipasi masyarakat melalui proyek komunitas dan inisiatif kreatif yang menghubungkan budaya Jerman dengan Indonesia. Beberapa layanan, seperti peminjaman koleksi perpustakaan dan program kelas bahasa, dapat diakses melalui pendaftaran atau keanggotaan.
Pusat-pusat kebudayaan tersebut juga sering kali menjadi tempat diselenggarakannya rangkaian acara besar seperti Europe on Screen, yaitu festival film Eropa. Kehadiran ketiga pusat kebudayaan ini memang sangat membantu pengenalan akan lingkungan kultural Eropa di Indonesia melalui program-program yang mendukung pembelajaran bahasa, penguatan literasi budaya, dan pertukaran gagasan lintas negara. Bagaimana? Kira-kira Sahabat LBI mau berkunjung ke pusat kebudayaan yang mana dulu, nih?
Penulis: Ross Roudhotul J. (Sastra Belanda 2022)