Bahasa Inggris sebagai Lingua Franca Dunia: Malapetaka bagi Bahasa Lain?
Hi there, Sahabat LBI!
Kira-kira Sahabat LBI termasuk ke dalam tipe orang yang seperti apa, nih? Tipe yang gencar menguasai bahasa-bahasa daerah di Indonesia, atau tipe yang lebih memilih untuk memperluas perbendaharaan bahasa asing di luar Indonesia seperti bahasa Inggris? Kalau termasuk dalam tipe yang kedua, mungkin Sahabat LBI terbiasa menggunakan “bahasa Jaksel”! Hehehe.
Seiring perkembangan zaman, penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua franca dunia tidak dapat dihindarkan lagi. Kedudukan bahasa Inggris dalam tataran sosial sangatlah tinggi, terlebih lagi oleh adanya faktor arus globalisasi yang semakin ‘deras’ setiap harinya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui laman Ethnologue, setidaknya terdapat 7.164 bahasa yang tersebar di seluruh dunia hingga saat ini. Posisi bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di dunia diduduki oleh bahasa Mandarin dan bahasa Inggris. Bahasa Mandarin menjadi bahasa terbesar di dunia apabila diukur hanya berdasarkan jumlah penutur asli dari bahasa tersebut karena luasnya wilayah Tiongkok. Sementara itu, apabila jumlah penutur di luar penutur asli diikutsertakan dalam perhitungan, bahasa Inggrislah yang menjadi bahasa terbesar di dunia.
Bahasa Inggris telah dinobatkan sebagai lingua franca utama di dunia sejak lama. Lingua franca adalah bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi di antara kelompok masyarakat yang memiliki bahasa berlainan. Kehadiran lingua franca membantu mempermudah jalannya komunikasi antarmasyarakat suatu kebudayaan pada situasi tertentu. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa faktanya dominasi atau peran bahasa Inggris sebagai lingua franca turut membawa dampak negatif bagi banyak bahasa di dunia; tidak hanya bahasa daerah, bahasa nasional atau bahasa pemersatu suatu bangsa seperti bahasa Indonesia pun dapat terkena dampak negatifnya.
Salah satu dampak negatif yang sangat menonjol adalah tergesernya posisi bahasa setempat oleh dominasi penggunaan bahasa Inggris. Semakin besar pengutamaan bahasa Inggris dalam keseharian, semakin rentan pula posisi bahasa setempat. Akibatnya, bahasa setempat akan dipandang rendah oleh masyarakatnya sendiri. Salah satu contoh yang mudah ditemukan adalah penamaan makanan dan minuman dalam menu di restoran-restoran lokal menggunakan bahasa Inggris yang dianggap memberikan kesan yang lebih berkelas terhadap restoran itu sendiri, sementara restoran-restoran lokal tersebut terletak menyebar di perkotaan Indonesia.
Menguasai bahasa asing, terutama bahasa Inggris, memanglah baik untuk mendukung kegiatan sehari-hari, namun Sahabat LBI tidak boleh sampai melupakan pentingnya menguasai bahasa lokal dengan baik dan benar juga, ya!
Penulis: Ganesha Anugrah Ratri (Prodi Indonesia 2022)