Mengenal Nüshu: Bahasa Rahasia Milik Perempuan di China
Halo, Sahabat LBI!
Tahukah kamu bahwa di China terdapat suatu bahasa rahasia yang hanya diketahui oleh perempuan pada abad ke-19? Nüshu, yang berarti "aksara perempuan," adalah sistem tulisan unik yang berkembang pada abad ke-19 di Kabupaten Jiangyong, Hunan. Aksara ini digunakan oleh perempuan dari etnis Han, Yao, dan Miao sebagai sarana mengekspresikan perasaan di tengah keterbatasan sosial yang mereka hadapi.
Dalam masyarakat kala itu, kebebasan berbicara bagi perempuan sangat terbatas, sehingga Nüshu diciptakan sebagai alat komunikasi rahasia sekaligus bentuk pemberdayaan bagi perempuan. Penasaran dengan sejarah dan fakta unik lain mengenai Nüshu? Yuk, simak artikel berikut ini.
Awal Kemunculan
Beberapa peneliti percaya bahwa sistem penulisan ini telah ada sejak Dinasti Song (960–1279), atau bahkan lebih jauh lagi ke masa Dinasti Shang, sekitar 3.000 tahun yang lalu. Pada masa feodalisme di Tiongkok, ketika perempuan mengalami banyak pembatasan, termasuk kurangnya akses terhadap pendidikan, Nüshu menjadi alat komunikasi yang memberi mereka ruang untuk berekspresi. Aksara ini diwariskan dari ibu kepada anak perempuan mereka dan digunakan dalam interaksi antara saudara perempuan serta sahabat perempuan.
Kala itu, sebagian besar perempuan yang menggunakan aksara ini tidak memiliki kesempatan untuk belajar membaca dan menulis dalam bahasa resmi. Mereka mempelajari aksara Nüshu dengan menyalin karakter yang dilihat, hingga akhirnya berkembang menjadi sebuah tradisi yang khas di kalangan perempuan di China dan masih bertahan hingga sekarang.
Selama berabad-abad, Nüshu menjadi aksara rahasia tersembunyi dan hanya digunakan oleh komunitas perempuan di Jiangyong. Dunia luar baru mulai mempelajarinya pada tahun 1980-an, setelah sekian lama menjadi warisan rahasia secara turun-temurun.
Keunikan dari Nüshu
Nüshu merupakan sistem tulisan fonetik yang dibaca dari kanan ke kiri, dan berasal dari perpaduan empat dialek lokal yang digunakan di berbagai wilayah pedesaan Jiangyong. Setiap karakter dalam Nüshu merepresentasikan satu suku kata sehingga tampak lebih sederhana dibandingkan aksara Tiongkok yang kompleks.
Menariknya, tulisan ini biasanya dibuat menggunakan alat sederhana, seperti batang bambu runcing yang menggunakan tinta hitam yang berasal dari sisa-sisa arang di wajan. Bentuk guratannya yang khas menyerupai benang tipis yang melengkung secara diagonal ke bawah juga dipengaruhi oleh struktur aksara Tiongkok tradisional.
Biasanya, Nüshu digunakan oleh perempuan untuk mengekspresikan kesedihan mereka, baik dalam menjalani kehidupan, menghadapi kesulitan dalam pertanian, maupun dalam aspek sosial lainnya. Selain itu, aksara ini juga berperan sebagai sarana untuk mempererat hubungan dengan perempuan dari desa yang berbeda. Biasanya, tulisan-tulisan tersebut sering kali disulam dengan indah pada sapu tangan, kerudung, kipas, atau sabuk katun. Saat itu, perempuan di China melakukan tukar-menukar barang yang bertuliskan aksara Nüshu sebagai simbol persahabatan di antara mereka.
Salah satu fungsi utama Nüshu menjadi lebih berarti setelah seorang perempuan menikah. Dalam tradisi yang berlaku, pengantin perempuan harus meninggalkan rumah orang tuanya dan tinggal bersama keluarga suaminya. Dalam lingkungan baru yang sering kali terasa asing dan penuh tekanan, banyak perempuan mengalami kesepian dan keterasingan. Nüshu pun menjadi cara bagi mereka untuk menuangkan perasaan, mencurahkan kesedihan, serta mengenang ikatan persahabatan yang harus terpisah akibat pernikahan.
Nah, itulah beberapa fakta menarik tentang Nüshu, aksara unik yang menjadi warisan budaya bagi para perempuan di China. Nüshu bukan sekadar sistem tulisan, tetapi juga cerminan dari kekuatan dan keteguhan perempuan di masa lalu, sekaligus simbol perjuangan perempuan dalam mengekspresikan diri mereka.
Penulis: Choirunnisa N.F (Prodi Indonesia 2022)