Onigiri, si Nasi Kepal Legendaris dari Jepang
Halo, Sahabat LBI!
Apakah Sahabat LBI pernah melihat nasi kepal berbentuk segitiga yang sering dijual di minimarket, supermarket, atau bahkan pinggir jalan? Atau mungkin Sahabat LBI pernah menemukannya di tontonan anime dan drama Jepang favorit kalian? Yup, makanan berbentuk unik ini disebut onigiri (おにぎり) atau omusubi (おむすび). Meski terlihat sederhana, ternyata onigiri punya sejarah panjang dan fakta yang menarik banget untuk diulik!
Dikutip dari LPK Yorisoi Jogja, onigiri sudah dikenal sejak lama bahkan disebut dalam karya sastra klasik Genji Monogatari dari abad ke-11. Penelitian arkeologis terhadap temuan gumpalan nasi kuno saat melakukan penggalian di Prefektur Ishikawa juga membuktikan bahwa onigiri dengan bentuk kepalan ini sudah ada lebih dari 2.000 tahun lalu. Nama “onigiri” sendiri berasal dari kata dalam bahasa Jepang, yaitu nigiru (握る) yang berarti “memegang” atau “meremas”, merujuk pada cara membentuk nasi kepal dengan tangan. Menariknya, di Jepang, terdapat dua istilah berbeda untuk menyebut makanan ini: onigiri dan omusubi. Dikutip dari situs Fun Japan, warga Jepang pada bagian timur lebih sering menyebutnya sebagai omusubi, sedangkan di wilayah barat makanan ini justru lebih populer dengan sebutan onigiri. Bahkan, minimarket pun punya istilah yang berbeda—Family Mart menulisnya sebagai omusubi, sementara Lawson memilih kata onigiri.
Sejak dahulu, onigiri dikenal sebagai makanan yang mudah untuk dibawa kemana saja. Para samurai sering membawanya sebagai perbekalan saat perang karena ukurannya yang kecil, praktis, mengenyangkan, dan dapat diawetkan dengan garam ataupun ikan asin. Kini, onigiri tetap menjadi makanan praktis yang bisa ditemukan di berbagai minimarket. Akan tetapi, menurut Ketua Onigiri Society, Yusuke Nakamura, yang dikutip dari Kompas.id, onigiri bukan hanya makanan cepat saji, melainkan juga “makanan lambat” karena menggunakan bahan-bahan segar dari laut dan gunung, sekaligus “makanan untuk jiwa” karena biasanya dibuat dengan penuh kasih sayang oleh keluarga.
Jika berbicara mengenai isi, onigiri punya banyak variasi. Terdapat isian klasik yang populer, seperti umeboshi (plum asin), salmon panggang, tuna mayo, dan katsuobushi (ikan bonito kering dengan kecap). Ada juga variasi modern yang dapat ditemukan di minimarket lokal, seperti ayam mayo, telur, daging sapi, keju, sosis, hingga ayam teriyaki. Selain itu, bentuk onigiri pun beragam. Ada yang memiliki isian di tengah, ada varian dengan nasi dan isian yang telah dicampur sebelum dibentuk, ada yang isiannya diletakkan di atas nasi lalu “diikat” dengan nori, dan ada pula yaki onigiri, yaitu onigiri yang dibakar dan diolesi kecap shoyu untuk menghasilkan aroma harum dengan tekstur renyah di luar dan lembut di dalam.
Lebih lanjut, onigiri juga sering muncul di anime, manga, drama, hingga film Jepang. Dilansir dari Kompas.id, dalam film klasik Seven Samurai (1954) karya Akira Kurosawa, onigiri digambarkan sebagai hadiah dari petani kepada para samurai. Di kehidupan sehari-hari, banyak anak sekolah dan pekerja kantoran yang membawa onigiri buatan rumah sebagai bagian dari bekal (bento) sehingga makanan ini identik dengan kesederhanaan dan kepraktisan dalam budaya makan orang Jepang.
Selain populer di Jepang, onigiri juga sudah merambah ke berbagai negara. Makanan ini kini bisa ditemukan di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, baik di minimarket maupun restoran Jepang. Jepang sendiri bahkan merayakan Hari Onigiri Nasional setiap tanggal 18 Juni. Fakta menarik lainnya, meskipun sama-sama berbahan dasar nasi, onigiri berbeda dengan sushi karena tidak menggunakan cuka beras, melainkan hanya kepalan nasi putih yang dibumbui garam. Sederhana, tetapi tetap penuh cita rasa!
Nah, jika Sahabat LBI tertarik untuk mempelajari lebih banyak tentang budaya dan bahasa Jepang, yuk ikuti kursus bahasa Jepang di LBI FIB UI! Di sini, Sahabat LBI bisa belajar mulai dari dasar hingga tingkat lanjutan, sambil mengenal budaya yang melekat di balik bahasanya. Siapa tahu, suatu hari nanti Sahabat LBI bisa berkesempatan mencicipi langsung onigiri di Jepang, sambil merasakan suasana asli negeri sakura ini. Segera daftarkan diri untuk periode kursus berikutnya, ya!
Penulis: Tsabita Athaya (Sastra Inggris, 2023)