Peran Sastra dalam Membangun Empati Antarbudaya
Buku adalah jendela dunia.
Ungkapan di atas pasti tidak asing di telinga Sahabat LBI, bukan? Istilah tersebut muncul karena fakta yang menyatakan bahwa buku merupakan sumber berbagai informasi yang dapat membuka wawasan dan memperluas pengetahuan seseorang. Buku memungkinkan kita untuk melihat isi dunia tanpa melakukan perjalanan, cukup dengan membaca kisah yang dituangkan pada halaman-halaman buku; salah satu jenis buku yang berisi kisah-kisah semacam itu adalah buku berisi karya sastra, yang umumnya merepresentasikan kehidupan masyarakat dan realitas sosial di tempat tinggal pengarang, baik secara tersirat maupun tersurat.
Tidak melulu buku yang menjadi jendela dunia, karya sastra yang dituangkan dalam bentuk cerita pendek, puisi, drama, dan film juga dapat menambah pengetahuan kita terkait kehidupan di belahan dunia lain. Karya sastra yang menggambarkan adat istiadat, perjuangan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat dapat memperkaya wawasan terhadap keberagaman budaya dan sosial. Tidak hanya untuk memahami realitas sosial, karya sastra juga dapat memicu tumbuhnya empati. Menurut Milton J. Bennett, empati adalah partisipasi emosional dan intelektual secara imajinatif pada pengalaman orang lain.
Melalui karya sastra, kita dapat menempatkan diri pada posisi tokoh atau orang terdekatnya dan seolah merasakan apa yang ia alami. Empati dapat tumbuh ketika kita mengasumsikan adanya perbedaan. Dengan menyadari adanya perbedaan, kita kemudian akan membandingkan keberadaan berbagai jenis budaya yang pada akhirnya membuat kita ingin berpartisipasi di dalamnya dan berujung pada apresiasi keragaman.
Mempelajari karya sastra dari pengarang yang berasal dari latar belakang kelompok etnis, budaya, dan agama yang berbeda-beda akan memperkaya khazanah global. Akan tetapi, dengan membandingkan beberapa hal yang berbeda, kita juga harus harus terus mengingatkan diri untuk selalu menghargai perbedaan tersebut dan tidak menjatuhkan atau menjelekkan kebiasaan dan adat istiadat bangsa lain. Selain itu pula, kita perlu memiliki pemahaman yang cukup atas kebudayaan dan identitas yang kita miliki terlebih dahulu, agar tidak terjadi kebingungan atas identitas dan nilai budaya sendiri.
Penulis: Anna Maura Aulia Rambe (Prodi Prancis 2021)