Rijsttafel dan Kebudayaan Indies: Harmoni Budaya Era Kolonial
Banyak negara di seluruh dunia memiliki istilah kebudayaan di dalam kamus bahasa mereka. Jika merujuk pada pernyataan Edward B. Tylor, kebudayaan ialah sebuah sistem yang kompleks dan mencakup berbagai unsur di dalamnya, seperti unsur pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, adat, dan kebiasaan.
Sebagai rumah bagi masyarakat yang multikultural, Indonesia memiliki beragam jenis budaya yang lahir dari latar belakang berbeda. Di antara berbagai budaya tersebut, terdapat satu budaya yang lahir dari proses akulturasi pada masa kolonial yang disebut sebagai budaya indies.
Mengenal Budaya Indies
Budaya Indies merupakan sebuah kebudayaan yang lahir dari pertemuan dua budaya: kebudayaan yang dibawa oleh orang Belanda atau Eropa, dan kebudayaan pribumi yang sudah ada sejak lama. Istilah ini diambil dari bahasa Belanda Nederlandsch Indie atau yang kita kenal sebagai Hindia Belanda. Terdapat beragam faktor yang memicu kelahiran kebudayaan ini, yang salah satunya disebabkan oleh adanya pernikahan campuran.
Praktik pernikahan campur cukup umum dilakukan oleh para pejabat Belanda. Saat menjalankan tugas yang mengharuskan mereka pindah ke Hindia Belanda, para orang Belanda perlu taat terhadap larangan membawa istri dan anak bersama mereka. Larangan tersebut sempat membuat Hindia Belanda kekurangan perempuan asli Belanda. Akhirnya, para orang Belanda yang ada di Nusantara mulai berpaling kasih dan meminang para wanita pribumi untuk dijadikan gundik atau istri tidak sah, hingga kemudian lahirlah anak-anak berdarah campuran antara bangsa Barat dan pribumi, yang menyerap dua perbedaan budaya orang tuanya.
Rijsttafel sebagai Manifestasi Kebudayaan Indies
Dilansir dari jurnal Kebudayaan Indis Sebagai Hasil Pengaruh Kebudayaan Barat di Indonesia (2023), Rijsttafel merupakan salah satu contoh besar dari manifestasi kebudayaan Indies dalam bidang kuliner. Istilah ini merupakan suatu konsep budaya makan yang terkait dengan status sosial. Mengutip dari situs Historia, secara etimologi, istilah ini merupakan dua gabungan kata bahasa Belanda, yaitu rijst (nasi) dan tafel (meja).
Jika digambarkan, Rijsttafel merujuk pada kegiatan makan di atas meja dan kursi, menerapkan table manner ala Barat, tetapi hidangan yang disajikan terdiri dari makanan khas Nusantara. Selain itu, berbeda dengan Barat yang menyajikan makanan secara bertahap, makanan dalam konsep ini dikeluarkan secara langsung pada saat yang bersamaan.
Makanan itu akan disajikan oleh pelayan yang berpakaian campuran semi Eropa dan sudah dididik untuk memberikan pelayanan sesuai konsep Barat. Dalam Rijsttafel, perkara jumlah dan ragam menu juga perlu diperhatikan; karena kuantitas dan ragam makanan yang disajikan di atas meja menandakan status sosial orang tersebut. Hidangan yang ditata dengan ciamik itu meliputi berbagai jenis, seperti daging, kari, pisang goreng, dan makanan berempah lainnya.
Popularitas Rijsttafel berhasil membawa kelezatan makanan khas Nusantara di mata dunia. Berkatnya, banyak pejabat Belanda mulai menerapkan konsep ini ke dalam berbagai acara besar mereka. Akan tetapi, seiring dengan perubahan keadaan sosial dan politik kala itu, eksistensi Rijsttafel turut mengalami dampaknya, yang menyebabkan kehadirannya perlahan mulai meredup dan terkubur dalam sejarah masa kolonial.
Penulis: Chika Ayu (Ilmu Sejarah, 2022)