Slang, Bahasa Gaul yang Nggak Selalu Ada di Kamus
Halo Sahabat LBI!
Pernah nggak Sahabat LBI kepo tentang kata-kata unik yang sering digunakan, tetapi nggak ditemukan di kamus? Beberapa contoh ujaran, seperti “cringe”, “lebay deh”, “mager banget”, atau bahkan “kepo”, kerap kali kita dengar saat dalam pembicaraan santai . Nah, kata-kata seperti itu disebut sebagai slang–bahasa gaul yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Slang nggak hanya ada dalam bahasa Indonesia, tetapi juga pada berbagai bahasa di dunia. Menariknya, slang yang muncul dalam penggunaan bahasa-bahasa ini memiliki sejarah panjang dan terus berkembang mengikuti perubahan zaman. Yuk, kita bahas lengkap apa itu slang, bagaimana ragam bahasa ini terbentuk, hingga tips penggunaan bentuk slang populer!
Dilansir dari Oxford English Dictionary, slang adalah bentuk bahasa informal yang digunakan terutama dalam percakapan santai, dan sering kali memiliki makna khusus yang hanya dimengerti oleh suatu kelompok tertentu. Dalam bahasa Indonesia, contoh bahasa slang yang dapat ditemukan adalah seperti “lebay” (perilaku yang berlebihan), “baper” (bawa perasaan), “mager” (malas gerak), “gabut” (gaji buta atau nggak ada kerjaan), “kepo” (yang menurut banyak sumber merupakan akronim dari knowing every particular object), dan masih banyak lagi. Sementara itu, dalam bahasa Inggris ada “noob” (kurang mahir), “salty” (marah, kesal), “cringe” (memalukan), “gnarly” (sangat bagus atau sangat buruk), hingga “flexing” (pamer, menunjukkan sesuatu yang dimiliki).
Menariknya, slang bukanlah suatu hal yang baru digunakan dalam konteks komunikasi harian. Menurut Britannica, kata-kata slang sudah digunakan sejak abad ke-18 di Inggris, terutama di kalangan pedagang, pelaut, dan kelompok tertentu seperti komunitas kriminal London sebagai cara berkomunikasi untuk “menyembunyikan” pembicaraan tertentu dari orang di luar komunitas. Beberapa kosakata slang pertama kali dibukukan sekitar tahun 1750-an, yang berfungsi sebagai kamus khusus untuk memahami bahasa rahasia dalam kelompok-kelompok tersebut. Seiring berkembangnya zaman, penggunaan slang meluas ke berbagai lapisan masyarakat, apalagi setelah kemunculan media cetak, musik populer, film, dan kini internet. Era media sosial memungkinkan penggunaan slang viral dan lintas negara hanya dalam hitungan jam.
Salah satu alasan suatu ragam bahasa slang menjadi cepat populer adalah karena bentuknya yang singkat dan mudah diingat. Ragam bahasa ini juga sering memberi kesan eksklusif bagi penggunanya, seolah menjadi “kode” dalam komunitas tertentu. Ditambah lagi, sifat slang yang fleksibel membuatnya mudah diadaptasikan, digeser, atau bahkan hilang tergantikan tren baru. Platform seperti TikTok, Instagram, dan X (Twitter) menjadi mesin penyebaran slang secara global; kata-kata seperti “rizz”, “mewing”, atau “main character energy” dapat sekejap mendunia hanya karena satu video viral.
Slang memiliki bentuk dan interpretasi yang berbeda-beda di tiap negara. Di Korea, misalnya, terdapat kata 대박 (daebak: keren banget), 꿀잼 (kkul-jaem: sangat seru), atau 헐 (heol: ekspresi kaget). Variasi inilah yang membuat slang bukan hanya menjadi soal bahasa, tetapi juga cerminan budaya tempat kata itu lahir.
Bahasa selalu berkembang mengikuti budaya dan zaman, dan slang adalah salah satu buktinya. Memahami slang tidak hanya membantu kita untuk berkomunikasi in a fun way, tetapi juga membuka jendela untuk mengenal cara pikir, kebiasaan, dan humor masyarakat suatu negara.
Sahabat LBI ingin memahami lebih banyak tentang budaya dan bahasa asing, termasuk ragam slang-nya? Yuk, ikuti kursus bahasa di LBI FIB UI! Pembelajaran di LBI dirancang untuk berbagai tingkatan kemampuan, yang akan cocok bagi kamu yang ingin memulai pembelajaran dari dasar maupun bagi kamu yang ingin memperdalam kemampuan yang sudah dimiliki. Segera daftarkan dirimu untuk periode kursus selanjutnya, ya!
Penulis: Tsabita Athaya (Sastra Inggris, 2023)