Budaya Salam dan Sapa yang Unik di Berbagai Negara
Salam sapa adalah bentuk komunikasi yang mencerminkan budaya sosial dari suatu masyarakat. Di setiap negara, cara orang menyapa satu sama lain dapat sangat berbeda, tergantung pada tradisi atau kebiasaan yang berlaku.
Di Indonesia, berjabat tangan adalah cara yang umum digunakan untuk memberi salam, baik dalam situasi formal maupun informal. Namun, di berbagai belahan dunia, ada banyak bentuk salam yang unik dan khas. Salah satu contohnya adalah di Jepang, di mana bentuk sapaan ditunjukkan dengan membungkukkan badan sebagai tanda hormat. Lain halnya dengan sapaan khas di Prancis, di mana cium pipi menjadi salam yang lumrah di antara teman dan keluarga.
Melalui artikel ini, kita akan mengetahui berbagai cara salam yang unik dari berbagai negara, sekaligus memahami makna di baliknya. Mari kita ulik bersama!
Membungkuk (Jepang)
Di Jepang, ada istilah ojigi yang berarti mengucapkan salam dengan membungkuk. Selain untuk mengucapkan salam, gestur membungkuk pada umumnya juga diartikan sebagai permintaan maaf, terima kasih, dan meminta bantuan dari orang lain. Namun, di Jepang sendiri, membungkuk memiliki aturan khusus. Semakin rendah dan lama seseorang menunduk atau membungkuk, maka semakin besarlah rasa hormat yang ia tunjukkan. Saat membungkukkan badan, biasanya pria akan meletakkan kedua tangannya di samping paha mereka, sedangkan wanita akan menaruh tangan di atas paha mereka. Hal ini dilakukan dalam situasi formal oleh mahasiswa dengan dosen, karyawan dengan bos, sesama rekan kerja, dan lainnya. Selain itu, ada pula gerakan menganggukkan kepala dengan pelan yang biasa diterapkan dalam komunikasi sehari-hari (non-formal).
Mayoritas orang Jepang tidak mempermasalahkan tata krama dalam dara mengucapkan salam atau membungkuk ini, khususnya bagi orang asing. Biasanya ketika memasuki sebuah toko atau restoran, Sahabat LBI akan disapa oleh penjaga toko dengan ucapan “irasshaimase” yang berarti “selamat datang”. Sahabat LBI dapat merespons dengan anggukan kepala sambil memberikan senyuman.
Menggesekkan Hidung (Selandia Baru)
Di Selandia Baru, terdapat salam persahabatan yang dikenal dengan istilah hongi. Salam Hongi, yang memiliki arti berbagi napas, berasal dari Suku Maori, yaitu penghuni asli Selandia Baru. Salam ini dilakukan dengan menyentuhkan dahi dan ujung hidung antara dua orang yang bertemu. Masyarakat Suku Maori menganggap Salam Hongi adalah simbol perdamaian, kehidupan, dan kesejahteraan untuk menyambut tamu.
Dalam tradisi Suku Māori, penyambutan tamu perlu melalui beberapa tahapan. Awalnya, tamu dihadang oleh ksatria tuan rumah yang membawa taiaha (senjata tradisional) untuk memastikan maksud dari kedatangan mereka. Ksatria kemudian meletakkan dahan kecil sebagai simbol perdamaian yang harus diambil oleh tamu tersebut.
Selanjutnya, tetua wanita tuan rumah memberikan seruan yang disambut oleh tamu sebagai tanda tuan rumah menyilakan tamu untuk masuk. Dalam keheningan, mereka berjalan bersama dan berhenti sejenak untuk mengenang leluhur.
Di pekarangan rumah, tamu dan tuan rumah duduk berhadapan, diiringi nyanyian serta pesan dari para tetua. Tamu kemudian menyerahkan koha (hadiah) sebelum akhirnya melakukan Salam Hongi. Budaya unik ini ditutup dengan makan bersama yang disediakan oleh tuan rumah.
Menjulurkan Lidah (Tibet)
Di Indonesia, menjulurkan lidah mungkin menjadi hal yang dianggap tidak sopan, terlebih ketika dilakukan di hadapan orang yang tidak dikenal. Namun, berbeda halnya dengan situasi di Tibet, di mana masyarakat setempat justru memberi salam pada orang lain dengan menjulurkan lidah sambil menangkupkan kedua tangannya. Bagi masyarakat Tibet, menjulurkan lidah dianggap sebagai rasa hormat terhadap orang yang ditemui.
Berdasarkan beberapa sumber, pada abad ke-9 dahulu, Tibet memiliki seorang raja yang disebut Lang Darma. Raja itu dikenal sebagai pemimpin yang kejam dan memiliki lidah yang berwarna hitam. Sebagai penganut agama Buddha, masyarakat Tibet percaya adanya reinkarnasi atau kelahiran kembali setelah seseorang telah meninggal. Masyarakat yang merasa takut dengan kemunculan raja Lang Darma yang lahir kembali, meski dalam wujud lain, menjulurkan lidah untuk mengidentifikasi atau menandakan bahwa seseorang bukanlah reinkarnasi dari Lang Darma.
Memperlihatkan lidah pada lawan bicara menjadi kebiasaan yang kerap dilakukan di Tibet. Tindakan yang mulanya bertujuan untuk membuktikan identitas pada lawan bicara ini kini menjadi salah satu cara untuk menyapa atau memberi salam dan menunjukkan tanda persetujuan.
Tepuk Tangan (Zimbabwe)
Zimbabwe, sebuah negara di kawasan Afrika bagian selatan, memiliki tradisi unik dalam menyampaikan salam, yakni dengan bertepuk tangan. Kebiasaan ini dilakukan saat pertama kali bertemu maupun saat berpisah sebagai bentuk penghormatan. Menariknya, cara bertepuk tangan antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Perempuan menepukkan tangan dengan posisi tertangkup, sementara laki-laki melakukannya dengan posisi tangan yang lurus. Salam ini telah menjadi budaya yang kerap dilakukan oleh masyarakat Zimbabwe hingga saat ini.
Nah, itulah cara unik setiap negara dalam memberi salam yang mencerminkan budaya dan nilai sosial masyarakatnya. Budaya salam ini menunjukkan betapa beragamnya cara manusia dalam menyapa dan menghormati satu sama lain. Keunikan ini tidak hanya sekadar kebiasaan, tetapi juga menjadi budaya yang harus terus dijaga untuk menandakan ciri khas dari suatu daerah. Dengan memahami berbagai budaya salam di berbagai negara, Sahabat LBI dapat lebih menghargai perbedaan dan memperkaya wawasan tentang keberagaman budaya.
Penulis: Choirunnisa NF (Prodi Indonesia 2022)