Asal-usul Patung Hachiko di Shibuya
Halo, Sahabat LBI!
Jika pergi ke Stasiun Shibuya, Sahabat LBI pasti akan menemukan sebuah patung anjing ikonik yang sering kali digunakan sebagai lokasi foto berbagai macam orang. Patung itu sendiri dinamakan sebagai Hachiko. Bagi sebagian orang, patung tersebut mungkin hanya terlihat sebagai dekorasi biasa yang ditempatkan untuk menghias jalanan. Namun tahukah Sahabat LBI, bahwa sebenarnya patung tersebut memiliki simbolisasi yang mendalam dan cerita haru yang dipahat bersama dengan pembangunannya?
Kesetiaan Anjing Akita
Hachiko bukanlah sebuah karakter fiksi yang berasal dari media populer belakangan ini. Dilansir dari Nerd Nomads, kisahnya bermula pada tahun 1920-an. Hidesaburo Ueno, seorang profesor yang mengajar Ilmu Pertanian di Universitas Tokyo memutuskan untuk mengadopsi seekor anak anjing berjenis Akita dengan ras murni yang berasal dari Kota Odate, sebuah kota yang terletak di wilayah utara Jepang.
Profesor Ueno membawa anjing itu ke rumahnya dengan menggunakan kereta api selama 20 jam perjalanan. Ketika sampai di rumahnya, kondisi anak anjing itu cukup buruk. Namun, berkat perawatan penuh kasih sayang dari Profesor Ueno dan kekasihnya, anjing itu dapat bertahan hidup. Profesor Ueno kemudian memberikan anak anjing itu nama “Hachi”, yang dalam bahasa Jepang dapat diartikan sebagai angka delapan atau angka keberuntungan.
Ikatan antara keduanya seolah tidak dapat dipisahkan. Bahkan, Hachi selalu menemani Profesor Ueno setiap pagi ketika berangkat kerja. Ia selalu mengantar pemiliknya hingga Stasiun Shibuya, dan kembali lagi pada sore harinya untuk menyambut sang pemilik yang telah menyelesaikan pekerjaannya.
Sayangnya, 21 Mei 1925 menjadi hari terakhir Hachi melihat Profesor Ueno. Seperti yang dilakukannya setiap hari, Hachi dengan setia menunggu Profesor Ueno keluar dari stasiun untuk menyapanya dan pulang bersama, tetapi, Profesor Ueno tidak kunjung muncul di hadapan anjing malang tersebut. Kepergian Profesor Ueno bukan tanpa sebab, ia tidak pernah kembali karena meninggal dunia secara mendadak di tempat kerja.
Meskipun penantiannya selalu berbuah nihil, Hachi tetap bersikukuh menunggu Profesor Ueno pulang. Ia terus pergi ke Stasiun Shibuya pada sore hari, duduk berjam-jam, mengamati setiap orang yang berlalu lalang di sekitarnya hingga malam hari, dan berharap Profesor Ueno berjalan di antara kerumunan tersebut.
Kisahnya yang menyentuh kemudian membuat seorang reporter mengangkatnya ke dalam surat kabar. Pada 1932, Hachi menjadi anjing yang terkenal di seluruh Jepang. Banyak orang ingin bertemu dengannya, dan bahkan menyematkan julukan “Chuken-Hachiko” atau Hachiko si Anjing Setia sebagai bentuk penghormatan atas kesetiaannya.
Penantian Hachi berakhir pada 8 Maret 1935. Tepat ketika ia berusia 11 tahun, Hachi menyusul pemiliknya; meninggalkan kisah pengabdian haru kepada seluruh dunia, yang masih dibicarakan oleh banyak orang hingga sekarang.
Berbagai Penghormatan Lain untuk Hachiko
Patung Hachiko yang terletak di Shibuya didirikan oleh seniman Jepang bernama Teru Ando pada tahun 1934. Selain patung ini, masih banyak bentuk penghormatan lain yang diberikan oleh masyarakat kepada Hachiko setelah kematiannya–misalnya saja upacara peringatan yang dilakukan setiap 8 Maret di depan Stasiun Shibuya.
Universitas Tokyo juga memiliki patung Hachiko yang ditempatkan di sekitar pepohonan yang rindang. Berbeda dengan yang ada di Shibuya, patung di sana dibentuk dengan menggambarkan momen reuni Hachiko bersama Profesor Ueno.
Penulis: Chika Ayu (Ilmu Sejarah, 2022)