Translation Errors: 6 Kesalahan Umum dalam Penerjemahan
Dalam penerjemahan, kesalahan tidak selalu dapat dihindari. Hal ini disebabkan oleh sifat bahasa yang dinamis, kontekstual, dan sarat makna budaya. Oleh karena itu, tugas penerjemah adalah menghasilkan terjemahan yang efektif, bahkan jika itu berarti melakukan kesalahan yang berterima (acceptable errors) demi kelancaran komunikasi.
Meskipun begitu, seorang penerjemah tetap perlu meminimalisasi kekeliruan yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengenali berbagai jenis kesalahan umum yang sering terjadi dalam praktik penerjemahan, seperti beberapa contoh berikut.
1. Terjemahan Harfiah (Literal Translation)
Salah satu kesalahan yang paling umum ditemukan adalah penerjemahan teks kata per kata tanpa mempertimbangkan makna keseluruhan. Meskipun hasil terjemahannya dapat dimengerti, pesan yang disampaikan sering kali terdengar canggung atau bahkan salah secara makna.
Salah satu contohnya adalah pada ungkapan “he kicked the bucket”, yang dalam bahasa Inggris tidak seharusnya diterjemahkan secara harfiah menjadi “dia menendang ember”; terjemahan yang sesuai adalah “dia meninggal dunia”. Dengan begitu, penerjemah perlu memahami konteks budaya dan makna idiom tersebut dalam bahasa sasaran.
2. Pengabaian Konteks
Kesalahan lain yang sering terjadi adalah pengabaian konteks kalimat atau wacana secara keseluruhan. Sebuah kata dapat memiliki banyak arti tergantung pada situasinya. Jika penerjemah tidak memahami konteks, makna asli yang terkandung pada kalimat atau wacana tersebut dapat bergeser atau hilang.
Kata “bank” dapat berarti lembaga keuangan atau tepi sungai tergantung pada konteksnya. Jika konteksnya adalah “fishing on the bank”, maka jelas arti dari frasa ini adalah memancing di tepi sungai, bukan memancing di lembaga keuangan.
3. Ketidaksesuaian Gaya Bahasa
Setiap teks memiliki gaya bahasa tertentu sesuai dengan tujuan dan audiensnya—entah bersifat formal, santai, teknis, atau persuasif. Kesalahan dapat terjadi ketika penerjemah tidak menyesuaikan gaya bahasa dengan jenis teks yang diterjemahkan.
Contohnya, brosur promosi yang terkesan santai dan menggugah semangat tidak seharusnya diterjemahkan ke dalam gaya akademik yang kaku. Menjaga konsistensi dan kesesuaian gaya bahasa sangat penting agar pesan tetap efektif dan terasa alami bagi pembaca.
4. Penerjemahan yang Terlalu Bebas
Jika terjemahan harfiah terlalu kaku, maka penerjemahan yang terlalu bebas dapat menjadi bumerang. Dalam penerjemahan yang terlalu bebas, penerjemah terkadang menambahkan interpretasi pribadi, menghilangkan bagian penting, atau mengganti struktur kalimat tanpa mempertimbangkan makna aslinya.Terjemahan yang seperti ini dapat menyebabkan distorsi pesan, terutama dalam teks hukum, akademik, atau teknis yang menuntut akurasi tinggi. Penerjemah perlu menjaga keseimbangan antara kesesuaian pada teks sumber dan keterbacaan dalam bahasa sasaran.
5. Kesalahan Tata Bahasa dan Ejaan
Tata bahasa yang salah, struktur kalimat yang tidak logis, atau ejaan yang keliru dapat membuat pembaca salah memahami dan mengurangi profesionalisme teks. Meskipun terlihat sebagai kesalahan kecil, hal-hal teknis ini sangat berpengaruh terhadap kredibilitas terjemahan.
Untuk mengatasi hal ini, para penerjemah harus selalu membaca ulang hasil terjemahan, menggunakan alat bantu seperti grammar checker, dan meminta orang lain melakukan proofreading jika memungkinkan.
6. Kurangnya Pemahaman Budaya
Bahasa tidak dapat dipisahkan dari budaya. Banyak istilah, referensi, atau humor dalam teks sumber yang tidak dapat langsung diterjemahkan ke bahasa sasaran tanpa penyesuaian budaya. Jika penerjemah tidak memahami budaya kedua bahasa, hasil terjemahan dapat terasa janggal, atau bahkan menyinggung pembaca.
Contoh sederhananya adalah referensi makanan seperti Thanksgiving turkey mungkin tidak dikenal luas di Indonesia. Dalam kasus seperti ini, penerjemah perlu mempertimbangkan cara terbaik menyampaikan maknanya, misalnya dengan menambahkan penjelasan atau mengganti hal yang tidak familiar tersebut dengan referensi yang lebih dikenal.
Ingin meningkatkan kemampuan penerjemahan secara profesional?
Kesalahan dalam penerjemahan dapat berdampak besar—baik dari sisi komunikasi, makna, maupun profesionalisme. Oleh karena itu, menjadi penerjemah yang andal bukan hanya soal kemampuan bahasa, tetapi juga keterampilan analisis, kepekaan budaya, dan perhatian terhadap detail.
Jika Sahabat LBI ingin meminimalisasi kesalahan dan meningkatkan kemampuan penerjemahan, yuk bergabung dalam Kursus Penerjemahan yang tersedia di LBI FIB UI! Dalam kursus ini, Sahabat LBI dapat mempelajari teknik penerjemahan berbagai jenis teks dengan bimbingan instruktur berpengalaman.
Penulis: Nurul Fadjriah (Prodi Sejarah 2022)