Bahasa Melayu: ‘Induk’ dari Bahasa Indonesia
“Betul betul betul!”
Apakah Sahabat LBI merasa dapat mendengar suara khas dari tagline di atas? Pastinya tidak asing dengan tagline-nya, dong!
Pada artikel-artikel sebelumnya, Sahabat LBI telah mengetahui beberapa kata serapan dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Prancis dan Belanda. Kali ini saatnya Sahabat LBI mengulik sedikit mengenai bahasa Melayu—bahasa yang dikenal sebagai ‘induk’ dari bahasa Indonesia.
Sudah merupakan suatu pengetahuan umum bahwa bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu. Dalam Kongres Bahasa Indonesia II yang diselenggarakan di Medan pada tanggal 28 Oktober hingga 2 November 1954, butir putusan nomor 8 dari Seksi A mempertegas argumen mengenai akar bahasa Indonesia. Putusan tersebut berbunyi:
“Bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia sekarang.”
Dilansir dari laman Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, secara historis bahasa Melayu telah menjadi lingua franca di wilayah Asia Tenggara sejak abad VII, terutama di penjuru Nusantara. Penemuan prasasti Kedukan Bukit yang ditulis pada tahun 638 Masehi menjadi salah satu bukti bahwa penggunaan bahasa Melayu di Nusantara sudah sangatlah lama. Peran bahasa Melayu sebagai lingua franca dilatarbelakangi oleh adanya faktor perdagangan melalui ranah perairan. Seiring berjalannya waktu, penggunaan bahasa Melayu semakin kuat di wilayah Nusantara sehingga berkembanglah beberapa dialek atau variasi dari bahasanya. Kukuhnya eksistensi bahasa Melayu pun mendorong lahirnya perkumpulan para pemuda yang bergerak mendukung adanya penetapan bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia melalui peristiwa Sumpah Pemuda, yaitu bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.
Bagaimana, nih? Sahabat LBI sekarang sudah tidak bingung lagi melihat kemiripan antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, kan?
Penulis: Ganesha Anugrah Ratri (Prodi Indonesia 2022)