Karya Penyair Indonesia di Panggung Dunia: Dari Chairil Anwar hingga Wiji Thukul
Apakah ada dari Sahabat LBI yang suka menulis atau membaca puisi? Puisi memang merupakan salah satu media yang dapat menjadi wadah untuk menuangkan berbagai jenis situasi dan emosi ke dalam rangkaian kata-kata yang sarat makna. Puisi sebagai media ekspresi pun memiliki jangkauan kekuatan yang mampu menembus lintas bahasa dan budaya. Hal itu tercermin dari kehadiran para penyair Indonesia yang telah melahirkan karya-karya berpengaruh besar, hingga mendorong adanya penerjemahan atas karya-karya mereka. Berikut profil dari 3 penyair Indonesia yang karyanya telah masuk panggung dunia.
- Chairil Anwar, Penyair Pelopor Angkatan ’45
Chairil Anwar (1922-1949) merupakan tokoh sentral dalam perkembangan puisi modern Indonesia. Puisi Chairil Anwar yang berjudul “Aku” menjadi salah satu ikon populer di dunia sastra, terutama dengan tema perjuangan dan eksistensi yang dibawa puisi tersebut. Pada tahun 1970, terbit sebuah kumpulan puisi dan prosa berjudul “The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar”, hasil dari penerjemahan yang dilakukan oleh Burton Raffel.
Tidak hanya itu, karya-karya Chairil juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing lainnya, seperti Belanda, Jerman, dan Prancis. Beberapa puisinya dimuat dalam antologi puisi dunia, dan menjadi permulaan bagi para pembaca internasional untuk menggali dunia sastra Indonesia lebih dalam.
- W.S. Rendra, Penyair Sosial dan Teater
W.S. Rendra (1935-2009), yang dijuluki “Si Burung Merak”, dikenal karena keberanian dan kelantangannya dalam menyuarakan kritik sosial melalui karya sastra. Puisi Rendra yang berjudul “Nyanyian Duniawi” telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling menjadi “A Worldly Song”. Karya Rendra lainnya, seperti “Sajak Sebatang Lisong”, juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis dan bahasa Belanda.
Rendra tidak hanya piawai dalam menulis puisi, tetapi juga dalam memadukan puisi dengan seni teater. Hal ini menjadikan Rendra figur yang unik, dengan karya-karya yang tidak hanya sekadar untuk dibaca, tetapi juga untuk dipentaskan dan dirasakan secara langsung oleh para penikmat seni pertunjukan. Daya tarik utama Rendra pun terletak pada gaya teatrikalnya yang penuh emosi.
- Wiji Thukul, Penyair Perlawanan
Berbeda dengan para penyair pada angkatan sebelumnya yang berkarya dari balik meja redaksi atau ruang akademik, Wiji Thukul menulis dari lorong-lorong kampung, ruang komunitas, dan panggung rakyat. Puisinya lahir dari pengalaman hidup rakyat kecil, seperti penggusuran, ketimpangan, serta perampasan hak dan ruang aman. Melalui puisi seperti Peringatan, Bunga dan Tembok, dan Sajak Suara, Wiji Thukul mampu menunjukkan kekuatan puisi sebagai senjata perjuangan. Beberapa puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, dan Tagalog. Antologi puisinya yang berjudul “Graswurzellieder” diterbitkan di Jerman (2018), sementara dalam bahasa Tagalog, puisinya hadir dalam antologi “Balada ng bala at iba pang mga tula” (2020). Sahabat LBI juga dapat mengakses puisi-puisi Wiji Thukul versi terjemahan bahasa Inggris di situs InterSastra. Karyanya dibacakan di forum-forum sastra internasional dan menjadi studi kasus dalam diskusi mengenai hubungan antara sastra dan hak asasi manusia.
Penerjemahan karya-karya penyair Indonesia ke dalam bahasa asing bukan hanya soal alih bahasa, melainkan juga alih budaya, konteks, dan semangat zaman. Nama-nama seperti Chairil Anwar, Rendra, hingga Wiji Thukul menunjukkan bahwa puisi Indonesia memiliki kekuatan untuk melampaui batas negara serta budaya, menjadi saksi sejarah, dan menjadi suara yang tetap relevan di tengah perubahan dunia. Penerjemahan ini merupakan salah satu bagian dari diplomasi budaya yang penting, dan menunjukkan bahasa Indonesia memiliki peran signifikan dalam dunia sastra global.
Penulis : Ross Roudhotul J. (Sastra Belanda 2022)