Filosofi Warna Merah dalam Berbagai Budaya
Dari dulu hingga saat ini, warna merah selalu memiliki peran spesial bagi banyak negara di berbagai belahan dunia. Faktanya, ada 150 negara yang menyertakan warna merah di benderanya, lho! Tidak hanya dalam hal fashion atau desain, warna merah juga memiliki makna mendalam dalam hal budaya, sejarah, bahkan kepercayaan. Yuk, kita bahas bagaimana warna merah dimaknai dalam berbagai budaya!
Arti Warna Merah secara Umum
Secara umum, warna merah melambangkan kehangatan, panas, dan api. Warna merah memang merupakan warna yang menarik perhatian sehingga sering digunakan dalam berbagai simbol, terutama yang menunjukkan keadaan bahaya dan darurat. Misalnya pada peta, warna merah dapat mengindikasikan suatu daerah dengan suhu hangat, atau pada petunjuk warna di keran air, warna merah dapat digunakan untuk menunjukkan arah putaran keran air dengan suhu panas.
Unsur hangat pada warna merah ini juga bisa diasosiasikan dengan simbol cinta dan gairah. Maka dari itu, Hari Valentine sering kali diasosiasikan dengan warna merah dan merah muda — dapat dilihat dari warna merah pada bunga mawar, cokelat, hingga warna yang mendominasi pada dekorasi restoran. Dengan kata lain, selain melambangkan kehangatan, warna merah juga melambangkan kasih sayang, dan intensitas emosi dalam hubungan manusia.
Makna Warna Merah di Berbagai Belahan Dunia
1. Keberanian & Kekuatan (Eropa & Amerika)
Pada banyak negara di wilayah Barat, warna merah sering dikaitkan dengan keberanian, kekuatan, dan semangat juang. Contohnya, warna merah dominan digunakan pada banyak bendera negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis sebagai simbol keberanian dan pengorbanan.
Dalam mitologi Romawi, warna merah yang identik dengan warna darah membuatnya diasosiasikan dengan dewa perang (Mars). Ungkapan kata “merah-darah” mencerminkan karakter yang berani, kuat, atau bersifat jantan.
Di dunia olahraga, warna merah juga sering dipakai untuk menunjukkan energi dan agresivitas. Oleh karena itu, banyak tim sepak bola dan olahraga lainnya memilih merah sebagai warna utama dalam logo atau atribut tim mereka.
2. Keberuntungan & Kemakmuran (Tiongkok & Asia Timur)
Di budaya Tiongkok, warna merah melambangkan kebahagiaan, keberuntungan, dan kemakmuran. Tidak heran jika pada Tahun Baru Imlek, pernikahan, dan berbagai perayaan lainnya, penggunaan warna merah dalam dekorasi selalu mendominasi. Angpao yang diberikan kepada anak-anak atau keluarga saat Imlek juga selalu berwarna merah dengan tujuan agar keberuntungan tetap mengalir!
3. Kekuatan Spiritual & Keagamaan (India & Asia Selatan)
Di India, warna merah memiliki makna spiritual yang kuat. Warna ini sering dikaitkan dengan Dewi Durga yang melambangkan simbol kekuatan dan keberanian. Pada upacara pernikahan di India, pengantin wanita biasanya mengenakan sari (saree) bernuansa warna merah karena melambangkan cinta, kemakmuran, dan keberuntungan dalam rumah tangga. Selain itu, dalam banyak ritual keagamaan Hindu dan Budha, warna merah sering digunakan untuk menandakan kesucian dan pengabdian.
4. Keindahan & Kebaikan (Rusia)
Dalam budaya Rusia, warna merah memainkan peran penting sejak zaman Rusia Kuno. Dalam bahasa Rusia Kuno dan Modern, kata “cantik” dan “merah” berkaitan erat secara linguistik dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Warna merah dianggap sebagai warna yang melambangkan keindahan, kebaikan, dan sesuatu yang terhormat di Rusia. Banyak tempat di Rusia yang juga diasosiasikan dengan warna merah, seperti Lapangan Merah atau kota Krasnodar. Merah juga merupakan warna dominan pada kostum rakyat Rusia seperti Sarafan, dan pada kerajinan tangan seperti Rushnyk dan Khokhloma. Terdapat mawar berwarna merah pula yang disematkan pada kostum rakyat perempuan, topi tarian rakyat pria, dan selendang tradisional Rusia.
Selain itu, telur Paskah di Rusia sering kali diberi warna merah yang memainkan peran penting dalam tradisi Gereja Ortodoks Rusia, seperti misalnya pada ikon-ikon Rusia.
5. Kehidupan & Kematian (Afrika Tengah)
Di sebagian besar negara pada benua Afrika Tengah, warna merah dipandang sebagai warna yang ambivalen — lebih baik daripada hitam, tetapi tidak sebagus putih. Warna merah disebut sebagai simbol kehidupan dan kesehatan sehingga orang yang sakit akan dicat dengan warna tersebut. Selain itu, para pejuang Ndembu juga menggosok diri mereka dengan cat merah selama perayaan.
Namun, di bagian lain pada wilayah Afrika, warna merah adalah warna yang digunakan pada masa berkabung yang melambangkan kematian. Hal ini karena beruang merah diasosiasikan dengan kematian di banyak wilayah di Afrika. Bahkan, di beberapa wilayah, Palang Merah pun pada akhirnya mengubah warnanya menjadi hijau dan putih karena adanya simbolisme kematian tersebut.
6. Makna Negatif: Kemarahan & Bahaya
Di beberapa budaya, warna merah juga dapat memiliki konotasi negatif. Di Jepang, misalnya, menulis nama seseorang dengan tinta merah dianggap membawa nasib buruk atau bahkan kematian. Selain itu, di banyak tempat, warna merah juga dikaitkan dengan kemarahan dan agresivitas.
Warna merah tidak selalu diasosiasikan dengan keberanian dan keberuntungan, tapi juga dapat menjadi simbol bahaya. Di hampir seluruh daerah di dunia, warna merah sering dipakai sebagai tanda peringatan. Lampu lalu lintas merah? Artinya berhenti! Rambu bahaya? Pasti berwarna merah! Hal ini terjadi karena secara psikologis warna merah menarik perhatian lebih cepat dibanding warna lainnya, jadi penggunaannya sangat sesuai untuk hal-hal yang berhubungan dengan peringatan dan keselamatan.
Kesimpulan
Warna merah memang memiliki banyak arti yang berbeda di berbagai budaya. Dari simbol keberuntungan di Tiongkok, hingga keindahan di Rusia, warna merah memang merupakan warna yang paling banyak digunakan sebagai penanda dalam berbagai aspek kehidupan. Tapi di sisi lain, warna ini juga dapat melambangkan bahaya atau kemarahan. Oleh karena itu, penggunaan warna merah dalam berbagai konteks harus disesuaikan dengan budaya dan situasi.
Jadi, gimana menurut Sahabat LBI? Warna merah lebih sering kamu lihat sebagai lambang cinta, keberanian, atau justru peringatan bahaya? Yuk, share pendapatmu!
Penulis: Nurul Fadjriah (Prodi Sejarah 2022)