Gashadokuro: Tengkorak Raksasa dalam Mitologi Jepang
Halo, Sahabat LBI!
Jika mendengar kata kematian, kita akan cenderung membayangkan banyak hal; kesedihan, ketakutan, tangisan, pemakaman, dan yang paling umum ialah tengkorak—hal tersebut sangat wajar, mengingat tengkorak telah menjadi simbol paling populer yang mewakili siklus akhir di dalam kehidupan manusia. Saking populernya, simbol ini juga menjadi salah satu hiasan yang tidak akan tertinggal dalam perayaan Halloween karena dianggap sebagai pengingat akan kefanaan hidup.
Namun, tahukah Sahabat LBI? Di Jepang, selain melambangkan kematian, tengkorak juga memiliki eksistensi kuat di dalam cerita mitologi, lho! Salah satu mitologi yang paling terkenal ialah Gashadokuro, si tengkorak raksasa yang telah diceritakan sejak zaman Showa dan dipercaya lahir dari kumpulan tulang belulang para manusia yang masih menyimpan dendam kuat di dalam hatinya.
Asal-Usul Gashadokuro
Ketika dunia masih diliputi dengan ketakutan, kehancuran, ketidakstabilan, dan kelaparan akibat peperangan, pemakaman yang layak menjadi suatu bentuk kemewahan. Bagi para tentara yang membusuk tanpa nama di balik semak belukar dalam hutan belantara, apa yang tersisa bagi roh mereka hanyalah perasaan yang tidak akan pernah mampu terselesaikan.
Dendam, kesedihan, penyesalan, percikan emosi tersebut tetap menghuni jasad mereka dan termanifestasi dalam bentuk yang baru: kekuatan supranatural. Kekuatan supranatural inilah yang kemudian menggerakkan tulang belulang mereka dari atas tanah. Hingga akhirnya, ratusan tulang mulai berkumpul, menjadi satu, dan membentuk satu monster raksasa yang berukuran berkali-kali lipat lebih besar dari manusia. Itulah cerita yang dipercayai sebagai asal muasal dari Gashadokuro.
Karakteristik Gashadokuro
Dilansir dari Yokai.com, Gashadokuro dipercaya sebagai salah satu jenis yokai yang kuat. Berkat kumpulan ratusan energi yang saling berbaur itu, Gashadokuro dianggap hanya dapat binasa jika kobaran energi kebencian di dalam wujudnya mampu dilenyapkan. Dalam artikel yang diterbitkan oleh NatGeo, disebutkan pula bahwa monster ini dipercaya suka memakan dan meminum darah manusia, apalagi ketika malam yang gelap. Kemunculan Gashadokuro dapat dikenali dengan mudah, karena pada umumnya, ia mengeluarkan bunyi “gachi-gachi” yang khas dari tulangnya.
Namun, ketika perang usai dan korban perang tidak lagi berjatuhan, yokai satu ini dianggap memiliki kemungkinan muncul jauh lebih sedikit dibandingkan zaman dulu. Saat ini Gashadokuro tidak ubahnya seperti mitologi lainnya, yang seringkali diadaptasi ke dalam bentuk media hiburan zaman modern.
Penulis: Chika Ayu (Ilmu Sejarah, 2022)