Sejarah Aksara Korea: Edisi Kemerdekaan Korea Selatan (15 Agustus)
Di bulan Agustus ini, bukan hanya Indonesia yang merayakan hari kemerdekaan. Beberapa negara lain yang turut merayakan hari kemerdekaan di bulan Agustus antara lain Korea Selatan, Pakistan, India, Malaysia, Republik Kongo, dan Bahrain. Pembahasan kali ini akan terfokus pada sejarah aksara Korea dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan ke-79 Korea Selatan pada 15 Agustus yang lalu.
Sejarah Hangeul (한글)
Sejarah aksara Korea yang disebut dengan hangeul (한글) dimulai pada tahun 1443 M. Kala itu, Raja Sejong (1397-1450) dari Dinasti Joseon memperkenalkan aksara yang disebut dengan hunminjeongeum (훈민정음) yang berarti suara untuk rakyat. Tujuan Raja Sejong menciptakan hangeul adalah agar Korea memiliki sistem penulisan yang lebih sederhana dan mudah dipelajari rakyatnya. Sebelumnya, Korea menggunakan hanja (한자 / 漢字), yaitu aksara Cina yang lebih rumit untuk dipelajari dengan banyaknya jumlah karakter sehingga hanya bangsawan dan kaum kelas atas yang dapat menulis dan membacanya, sedangkan masyarakat biasa kesulitan mempelajarinya.
Raja Sejong yang bersimpati dan menginginkan rakyatnya, terutama rakyat biasa, untuk dapat membaca dan menulis kemudian memulai perumusan aksara sederhana dengan bantuan para pelajar dan sarjana. Proyek inilah yang disebut dengan hunminjeongeum dan nantinya dikembangkan menjadi hangeul. Sejarah hunminjeongeum tidak berjalan tanpa tantangan; banyak kritik datang dari berbagai kalangan, terutama bangsawan, yang menganggap bahwa aksara ini adalah jenis huruf rendahan dan hanya boleh dipakai oleh rakyat tidak berpendidikan, wanita, dan anak-anak.
Tokoh yang Berjasa
Ju Sigyeong (주시경) adalah tokoh yang berjasa dalam pengembangan hunminjeongeum dan dikenal sebagai Bapak Bahasa Korea Modern. Ia lah yang mengganti nama hunminjeongeum menjadi hangeul pada tahun 1912. Hangeul berasal dari kata han (한) yang dapat berarti satu, besar, atau Korea; dan geul (글) yang berarti tulisan, huruf, atau aksara. Sejak hangeul dikembangkan, penggunaannya mulai setara dengan hanja. Kemudian, pada tahun 1948, pemakaian hangeul ditetapkan untuk digunakan di sekolah dan dokumen resmi. Saat ini, hangeul merupakan aksara utama yang digunakan di Korea, sedangkan hanja hanya digunakan untuk kata-kata tertentu dan resmi. Di Korea Selatan, jasa Raja Sejong yang menciptakan hunminjeongeum sebagai bibit dari hangeul diperingati setiap tanggal 9 Oktober sebagai Hari Hangeul.
Aksara Korea
Terdapat 24 aksara Korea yang terbagi menjadi sepuluh huruf vokal dan empat belas huruf konsonan. Dari jumlah tersebut, hangeul dikembangkan lagi menjadi sebelas huruf vokal ganda dan enam belas huruf konsonan ganda. Jika kamu tertarik mempelajari bahasa Korea, sangat penting untuk terlebih dahulu mengenali sejumlah aksara tersebut untuk mengetahui cara pengucapannya. Sahabat LBI dapat mempelajari bahasa Korea melalui Kursus Bahasa Korea di LBI FIB UI yang tersedia di Depok dan Salemba. Ikuti Kursus Rasa Ngampus di LBI untuk mempelajari tata bahasa, kosakata, menulis, berlatih mendengar, membaca tulisan, serta berbicara dalam bahasa Korea hingga fasih sesuai tingkatannya! Sangat menarik, ‘kan? Yuk, segera daftarkan dirimu untuk mengikuti Kursus Bahasa Korea di LBI FIB UI!
Penulis: Anna Maura Aulia Rambe (Pemagang MBKM LBI FIB UI)